08 November 2007

KEAJAIBAN DARI BUKHARA

Imam Bukhari : KEAJAIBAN DARI BUKHARA

Penulis: Abu Muhammad

Buta di masa kecilnya.
Keliling dunia mencari ilmu.
Menghafal ratusan ribu hadits.
Karyanya menjadi rujukan utama setelah Al Qur'an.

Lahir di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Dipanggil dengan Abu
Abdillah. Nama lengkap beliau Muhammmad bin Islmail bin Al Mughirah bin
Bardizbah Al Bukhari Al Ju'fi. Beliau digelari Al Imam Al Hafizh, dan
lebih dikenal dengan sebutan Al Imam Al Bukhari.

Buyut beliau, Al Mughirah, semula beragama Majusi (Zoroaster), kemudian
masuk Islam lewat perantaraan gubernur Bukhara yang bernama Al Yaman Al
Ju'fi. Sedang ayah beliau, Ismail bin Al Mughirah, seorang tokoh yang
tekun dan ulet dalam menuntut ilmu, sempat mendengar ketenaran Al Imam
Malik bin Anas dalam bidang keilmuan, pernah berjumpa dengan Hammad bin
Zaid, dan pernah berjabatan tangan dengan Abdullah bin Al Mubarak.
Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu
beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim Al Khalil 'Alaihissalaam yang
mengatakan, "Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al
Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua
mata putramu karena seringnya engkau berdoa". Ternyata pada pagi harinya
sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua
mata putranya.

Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu,
beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah,
Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat
terkenal adalah Abu 'Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim,
Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, 'Abdan bin 'Utsman, 'Ali bin Al
Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad
Asy-Syu'aisi, Muhammad bin 'Ar'arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al
Muhabbir, Abdullah bin Raja', Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam,
Abdurrahman Al Muqri', Khallad bin Yahya, Abdul 'Azizi Al Uwaisi, Abu Al
Yaman, 'Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu'aim bin Hammad, Al Imam
Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.

Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling
terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab
Shahih Muslim.
Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya.
Beliau pernah berkata, "Saya hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya
juga hafal dua ratus ribu hadits yang tidak shahih". Pada kesempatan yang
lain belau berkata, "Setiap hadits yang saya hafal, pasti dapat saya
sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya".

Beliau juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, "Apakah
engkau hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau masukkan ke dalam
kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab Shahih Bukhari, pent.)?" Beliau
menjawab, "Semua hadits yang saya masukkan ke dalam kitab yang saya susun
itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi saya".
Anugerah Allah SWT kepada Al Imam Al Bukhari berupa reputasi di bidang
hadits telah mencapai puncaknya. Tidak mengherankan jika para ulama dan
para imam yang hidup sezaman dengannya memberikan pujian (rekomendasi)
terhadap beliau. Berikut ini adalah sederet pujian (rekomendasi)
termaksud.

Muhammad bin Abi Hatim berkata, "Saya mendengar Ibrahim bin Khalid Al
Marwazi berkata, "Saya melihat Abu Ammar Al Husein bin Harits memuji Abu
Abdillah Al Bukhari, lalu beliau berkata, "Saya tidak pernah melihat orang
seperti dia. Seolah-olah dia diciptakan oleh Allah hanya untuk hadits".
Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata, "Saya tidak pernah
meliahat di kolong langit seseorang yang lebih mengetahui dan lebih kuat
hafalannya tentang hadits Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam dari
pada Muhammad bin Ismail (Al Bukhari)."

Muhammad bin Abi Hatim berkata, " Saya mendengar Abu Abdillah (Al Imam Al
Bukhari) berkata, "Para sahabat 'Amr bin 'Ali Al Fallaas pernah meminta
penjelasan kepada saya tentang status (kedudukan) sebuah hadits. Saya
katakan kepada mereka, "Saya tidak mengetahui status (kedudukan) hadits
tersebut". Mereka jadi gembira dengan sebab mendengar ucapanku, dan mereka
segera bergerak menuju 'Amr. Lalu mereka menceriterakan peristiwa itu
kepada 'Amr. 'Amr berkata kepada mereka, "Hadits yang status
(kedudukannya) tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah hadits".
Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab
beliau yang diberi judul Al Jami' atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih
Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan
kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran.

Hubungannya dengan kitab tersebut, ada seorang ulama besar ahli fikih,
yaitu Abu Zaid Al Marwazi menuturkan, "Suatu ketika saya tertidur pada
sebuah tempat (dekat Ka'bah -ed) di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim.
Di dalam tidur saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam.
Beliau berkata kepada saya, "Hai Abu Zaid, sampai kapan engkau mempelajari
kitab Asy-Syafi' sementara engkau tidak mempelajari kitabku? Saya berkata,
"Wahai Baginda Rasulullah, kitab apa yang Baginda maksud?" Rasulullah
menjawab, " Kitab Jami' karya Muhammad bin Ismail".
Karya Al Imam Al Bukhari yang lain yang terkenal adalah kita At-Tarikh
yang berisi tentang hal-ihwal para sahabat dan tabi'in serta ucapan-ucapan
(pendapat-pendapat) mereka. Di bidang akhlak belau menyusun kitab Al Adab
Al Mufrad. Dan di bidang akidah beliau menyusun kitab Khalqu Af'aal Al
Ibaad.

Ketakwaan dan keshalihan Al Imam Al Bukhari merupakan sisi lain yang tak
pantas dilupakan. Berikut ini diketengahkan beberapa pernyataan para ulama
tentang ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan.

Abu Bakar bin Munir berkata, "Saya mendengar Abu Abdillah Al Bukhari
berkata, "Saya berharap bahwa ketika saya berjumpa Allah, saya tidak
dihisab dalam keadaan menanggung dosa ghibah (menggunjing orang lain)."
Abdullah bin Sa'id bin Ja'far berkata, "Saya mendengar para ulama di
Bashrah mengatakan, "Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti
Muhammad bin Ismail dalam hal ma'rifah (keilmuan) dan keshalihan".
Sulaim berkata, "Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri
semenjak enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang
ajaran Islam, leblih wara' (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia
daripada Muhammad bin Ismail."

Al Firabri berkata, "Saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu 'Alaihi
Wasallam di dalam tidur saya". Beliau Shallallaahu 'Alaihi Wasallam
bertanya kepada saya, "Engkau hendak menuju ke mana?" Saya menjawab,
"Hendak menuju ke tempat Muhammad bin Ismail Al Bukhari". Beliau
Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berkata, "Sampaikan salamku kepadanya!"
Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau
mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank,
nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta'ala mencurahkan rahmat-Nya
kepada Al Imam Al Bukhari.

Sumber: Siyar A'laam An-Nubala' karya Al Imam Adz-Dzahabi dll
http://www.ahlussunnah-jakarta.org/detail.php?no=170


===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website:

http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:

http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:

http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join

(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:

http://docs.yahoo.com/info/terms/

07 November 2007

FW: Siapa Pencetus Pertama Istilah Wahhabi?

 

 

SIAPA PENCETUS PERTAMA ISTILAH WAHHABI?

 

Oleh :Al-Ustadz Jalâl Abŭ Alrŭb

 

 

Suatu hal yang jelas bahwa Inggris merupakan negara barat pertama yang cukup interest menggelari dakwah ini dengan "Wahhabisme", alasannya karena dakwah ini mencapai wilayah koloni Inggris yang paling berharga, yaitu India. Banyak 'ulamâ` di India yang memeluk dan menyokong dakwah Imâm Ibn 'Abdil Wahhâb. Juga, Inggris menyaksikan bahwa dakwah ini tumbuh subur berkembang dimana para pengikutnya telah mencakup sekelompok 'ulamâ` ternama di penjuru dunia Islâm. Selama masa itu, Inggris juga mengasuh sekte Qâdhiyânî dalam rangka untuk mengganti mainstream ideologi Islam. [Lihat : Dr. Muhammâd ibn Sa'd asy-Syuwai'ir, Tashhîh Khathâ' Târîkhî Haula`l Wahhâbiyyah, Riyâdh : Dârul Habîb : 2000; hal. 55]. Mereka berhasrat untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka di India dengan mengandalkan sebuah sekte ciptaan mereka sendiri, Qâdhiyânî, yaitu sekte yang diciptakan, diasuh dan dilindungi oleh Inggris. Sekte yang tidak menyeru jihad untuk mengusir kolonial Inggris yang berdiam di India. Oleh karena itulah, ketika dakwah Imâm Ibn 'Abdil Wahhâb mulai menyebar di India, dan dengannya datanglah slogan jihad melawan penjajah asing, Inggris menjadi semakin resah. Mereka pun menggelari dakwah ini dan para pengikutnya sebagai 'Wahhâbi' dalam rangka untuk mengecilkan hati kaum muslimin di India yang ingin turut bergabung dengannya, dengan harapan perlawanan terhadap penjajah Inggris tidak akan menguat kembali.* Banyak 'Ulamâ` yang mendukung dakwah ini ditindas, beberapa dibunuh dan lainnya dipenjara.**

 

Catatan :

* W.W. Hunter dalam bukunya yang berjudul "The Indian Musalmans" mencatat bahwa selama pemberontakan orang India tahun 1867, Inggris paling menakuti kebangkitan muslim 'Wahhâbi' yang tengah bangkit menentang Inggris. Hunter menyatakan di dalam bukunya bahwa : "There is no fear to the British in India except from the Wahhabis, for they are causing disturbances againts them, and agitating the people under the name of jihaad to throw away the yoke of disobedience to the British and their authority." ["Tidak ada ketakutan bagi Inggris di India melainkan terhadap kaum Wahhâbi, karena merekalah yang menyebabkan kerusuhan dalam rangka menentang Inggris dan mengagitasi (membangkitkan semangat) umat dengan atas nama jihâd untuk memusnahkan penindasan akibat dari ketidaktundukan kepada Inggris dan kekuasaan mereka."] Lihat: W.W. Hunter, "The Indian Musalmans", cet.1 di London: Trűbner and Co., 1871; Calcuta: Comrade Publishers, 1945, 2nd edn.; New Delhi: Rupa & Co., 2002 Reprint

** Di Bengal selama masa ini, banyak kaum muslimin termasuk tua, muda dan para wanita, semuanya disebut dengan "Wahhâbi" dan dianggap sebagai "pemberontak" yang melawan Inggris kemudian digantung pada tahun 1863-1864. Mereka yang dipenjarakan di Pulau Andaman dan disiksa adalah para ulama dari komunitas Salafî-Ahlul Hadîts, seperti Syaikh Ja'far Tsanisârî, Syaikh Yahyâ 'Alî (1828-1868), Syaikh Ahmad 'Abdullâh (1808-1881), Syaikh Nadzîr Husain ad-Dihlawî dan masih banyak lagi lainnya. Untuk bacaan lebih lanjut, silakan lihat :

·         Mu'înud-dîn Ahmad Khân, A History if The Fara'idi Movement in Bengal (Karachi: Pakistan Historical Society, 1965).

·         Barbara Daly Metrcalf, Islamic Revival in British India: Deoband, 1860-1900 (Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1982), hal. 26-77.

·         Qiyâmud-dîn Ahmad (Professor Sejarah di Universitas Patna), The Wahhabi Movement in India (Ner Delhi: Manohar, 1994, 2nd edition). Terutama pada bab tujuh "The British Campaigns Againts the Wahhabis on the North-Western Frontier" dan bab kedelapan "State Trials of Wahhabi Leaders, 183-65."

Muhammad Ja'far, Târikhul 'Ajîb dan Târikhul 'Ajîb – History of Port Blair (Nawalkshore Press, 1892, 2nd edition).

 

Suatu hal yang perlu dicatat, di dalam surat-surat dan laporan-laporan yang dikirimkan kepada ayah tirinya dan pemerintahan 'Utsmâniyyah (Ottomans), Ibrâhîm Basyâ (Pasha), anak angkat Muhammad 'Alî Basyâ (Pasha), juga menggunakan istilah 'Wahhâbi, Khowârij dan Bid'ah (Heretics)' untuk menggambarkan dakwah Muhammad Ibn 'Abdul Wahhâb dan Negara Saudî [Lihat: ibid, hal. 70]. Hal ini, tentu saja, terjadi sebelum Ibrâhîm Basyâ memberontak dan menyerang khilâfah 'Utsmâniyyah dan hampir saja menghancurkannya di dalam proses pemberontakannya. Dr. Nâshir Tuwaim mengatakan :

"Kaum Orientalis terdahulu, menggunakan istilah 'Wahhâbiyyah, Wahhâbî, Wahhâbis' di dalam artikel-artikel dan buku-buku mereka untuk menyandarkan (menisbatkan) istilah ini kepada gerakan dan pengikut Syaikh Muhammad Ibn 'Abdul Wahhâb. Beberapa diantara mereka bahkan memperluasnya dengan memasukkan istilah ini sebagai judul buku mereka, semisal Burckhardt, Brydges dan Cooper, atau sebagai judul artikel mereka, seperti Wilfred Blunt, Margoliouth, Samuel Zwemer, Thomas Patrick Hughes, Samalley dan George Rentz. Mereka melakukan hal ini walaupun sebagian dari mereka mengakui bahwa musuh-musuh dakwah ini menggunakan istilah ini untuk menggambarkannya, padahal para pengikut Syaikh Muhammad Ibn 'Abdul Wahhâb tidak menyandarkan diri mereka kepada istilah ini.

·         Margoliouth sebagai contohnya, ia mengaku bahwa istilah 'Wahhâbiyyah" digunakan oleh musuh-musuh dakwah selama masa hidup 'pendiri'-nya, kemudian digunakan secara bebas oleh orang-orang Eropa. Walau demikian, ia menyatakan bahwa istilah ini tidak digunakan oleh para pengikut dakwah ini di Jazîrah 'Arab. Bahkan, mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai "Muwahhidŭn". [D.S. Margoliouth, Wahabiya, hal. 618, 108. Artikel karya Margoliouth yang berjudul 'Wahhabis' ini juga dapat ditemukan di dalam The First Encyclopaedia of Islam, 1913-1936 (New York: E.J. Brill, 1987 Reprint) vol.8 , hal.1087 karya M.T. Houtsma, T.W. Arnold, R. Basset, R. Hartman, A.J. Wensinck, H.A.R. Gibb, W. Heffening dan E. Lêvi-Provençal (ed) dan The Shorter Encyclopaedia of Islam (Leiden and London: E.J. Brill and Luzac & Co., 1960), hal. 619 karya H.A.R Gibb, J.H. Kramers dan E. Lêvi-Provençal (ed). Artikel ini juga dicetak ulang dalam :

o        Reading, UK: Ithaca Press, 1974

o        Leiden: Brill, 1997

o        Dan cetakan pertama, Leiden and London: E.J. Bril and Luzac & Co., dan New York: Cornel University Press, 1953.]

·         Thomas Patrick Hughes menggambarkan "Wahhâbiyyah" sebagai gerakan reformis Islâm yang didirikan oleh Muhammad Ibn 'Abdul Wahhâb, yang menyatakan bahwa musuh-musuh mereka tidak mau menyebut mereka sebagai "Muhammadiyyah" (Muhammadans), malahan, mereka menyebutnya sebagai 'Wahhâbî', sebuah nama setelah namanya ayahnya Syaikh… [Thomas Patrick Huges, Dictionary of Islam, hal. 59].

·         George Rentz mengatakan bahwa istilah 'Wahhâbî' digunakan untuk mengambarkan para pengikut Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhâb oleh musuh-musuh mereka sebagai ejekan bahwa Syaikh mendirikan sebuah sekte baru yang harus dihentikan dan aqidahnya ditentang. Mereka yang disebut dengan sebutan 'Wahhâbî' ini beranggapan bahwa Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhâb hanyalah seorang pengikut Sunnah, oleh karena itulah mereka menolak istilah ini dan bahkan menuntut agar dakwah beliau disebut dengan 'ad-Da'wah ila't Tauhîd', dimana istilah yang tepat untuk menggambarkan para pengikutnya adalah 'Muwahhidŭn'… [George Rentz dan AS.J. Arberry, The Wahhabis in Religion in The Middle East: Three Religion in Concord and Conflict, Vol.2 (Cambridge: Cambridge University Press, 1969), hal. 270]. Rentz juga mengatakan bahwa, para penulis barat ketika menggunakan istilah 'Wahhâbî' adalah dengan maksud ejekan, ia juga menyatakan bahwa ia menggunakan istilah itu sebagai klarifikasi.

[Lihat: Nâshir ibn Ibrâhîm ibn 'Abdullâh Tuwaim, Asy-Syaikh Muhammad ibn 'Abd`ul Wahhâb: Hayâtuhu wa Da'watuhu fi`r Ru`yâ al-Istisyrâqiyya: Dirôsah Naqdîyyah (Riyadh: Kementerian Urusan Keislaman, Pusat Penelitian dan Studi Islam, 1423/2003) hal. 86-7. Buku ini juga dapat dilihat secara online di http://islamport.com/d/3/amm/1/100/2213.html] .

 

Biar bagaimanapun, siapa saja yang menggunakan istilah ini , baik dari masa lalu sampai saat ini, telah melakukan beberapa kesalahan, diantaranya :

·         Mereka menyebut dakwah Muhammad bin 'Abdul Wahhâb sebagai 'Wahhâbiyyah', walaupun dakwah ini tidak dimulai oleh 'Abdul Wahhâb, namun oleh puteranya Muhammad.

·         Pada awalnya, 'Abdul Wahhâb tidak menyetujui dakwah puteranya dan menyanggah beberapa ajaran puteranya. Walau demikian, tampak pada akhir kehidupannya bahwa beliau akhirnya menyetujui dakwah puteranya. Semoga Alloh merahmatinya.

Musuh-musuh dakwah, tidak menyebut dakwah ini dengan sebutan Muhammadiyyah –terutama semenjak Muhammad, bukan ayahnya, 'Abdul Wahhâb, memulai dakwah ini- karena dengan menyebutkan kata ini, Muhammad, mereka bisa mendapatkan simpati dan dukungan dakwah, ketimbang permusuhan dan penolakan.

Istilah "Wahhâbi", dimaksudkan sebagai ejekan dan untuk meyakinkan kaum muslimin supaya tidak mengambil ilmu atau menerima dakwah Muhammad ibn 'Abdul Wahhâb, yang telah digelari oleh mereka sebagai mubtadi' (ahli bid'ah) yang tidak mencintai Rasulullâh Shallâllâhu 'alaihi wa Sallam. Walaupun demikian, penggunaan istilah ini telah menjadi sinonim dengan seruan (dakwah) untuk berpegang al-Qur`ân dan as-Sunnah dan suatu indikasi memiliki penghormatan yang luar biasa terhadap salaf, yang berdakwah untuk mentauhîdkan Allôh semata serta memerintahkan untuk mentaati semua perintah Rasulullâh Shallâllâhu 'alaihi wa Sallam. Hal ini adalah kebalikan dari apa yang dikehendaki oleh musuh-musuh dakwah. [Lihat: Qodhî Ahmad ibn Hajar Alu Abŭthâmi (al-Bŭthâmi), Syaikh Muhammad Ibn 'Abdul Wahhâb : His Salafî Creed and Reformist Movement, hal. 66]. Pada belakang hari, banyak musuh-musuh dakwah Imam Muhammad Ibn 'Abdul Wahhâb akhirnya menjadi kagum terhadap dakwah dan memahami esensi dakwahnya yang sebenarnya, melalui membaca buku-buku dan karya-karyanya. Mereka mempelajari bahwa dakwah ini adalah dakwah Islam yang murni dan terang, yang Alloh mengutus semua Nabi-Nya 'alaihim`us Salâm untuknya (untuk dakwah tauhîd ini).

Menggunakan istilah 'Wahhâbiyyah' ini, tidak akan menghentikan penyebaran dakwah ini ke seluruh penjuru dunia. Bahkan pada kenyataannya, walaupun berada di tengah-tengah dunia barat, banyak kaum muslimin yang mempraktekkan Islam murni ini, yang mana Imâm Muhammad Ibn 'Abdul Wahhâb secara antusias mendakwahkannya dan menjadikannya sebagai misi dakwah beliau. Semua ini disebabkan karena tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkan al-Qur`ân dan as-Sunnah, tidak peduli sekuat apapun seseorang itu.

Perlu dicatat pula, bahwa diantara karakteristik mereka yang berdakwah kepada tauhîd adalah, adanya penghormatan yang sangat besar terhadap al-Qur`ân dan sunnah Nabi. Mereka dikenal sebagai kaum yang mendakwahkan untuk berpegang kuat dengan hukum Islam, memurnikan (tashfiyah) dan mendidik (tarbiyah) bahwa peribadatan hanya milik Allôh semata serta memberikan respek terhadap para sahabat nabî dan para 'ulamâ` Islâm. Mereka adalah kaum yang dikenal sebagai orang yang lebih berilmu di dalam masalah ilmu Islam secara mendetail daripada kebanyakan orang selain mereka. Telah menjadi suatu pengetahuan umum bahwa dimana saja ada seorang salafî bermukim, kelas-kelas yang mengajarkan ilmu sunnah tumbuh subur. Sekiranya istilah "Wahhâbî" ini digunakan untuk para pengikut dakwah, bahkan sekalipun dimaksudkan untuk mengecilkan hati ummat agar tidak mau menerima dakwah mereka, tetaplah salah baik dulu maupun sekarang, menyebut dakwah ini dengan sebutan "Wahhâbiyyah".

Imâm Muhammad ibn 'Abdul Wahhâb berdakwah menyeru kepada jalan Rasulullâh Shallâllâhu 'alaihi wa Sallam dan para sahabat nabi, beliau tidak berdakwah menyeru kaum muslimin supaya menjadi pengikutnya. Dakwah beliau bukanlah sebuah aliran/sekte baru, namun dakwah beliau adalah kesinambungan warisan dakwah yang dimulai dari generasi pertama Islam dan mereka yang mengikuti jalan mereka dengan lebih baik.

 

 

Dalihbahasakan oleh Abŭ Salmâ al-Atsarî dari Jalâl Abŭ Alrub dan Alâ Mencke (ed.), Biography and Mission of Muhammad Ibn 'Abdul Wahhâb (Orlando, Florida: Madinah Publisher, 1424/2003), hal. 677-81. Dengan tambahan catatan oleh Salafimanhaj Research, Who First Used The Term "Wahhabi"? (http://www.salafimanhaj.com/pdf/SalafiManhaj_TermWahhabi.pdf)

 

 

Catatan penterjemah :

Jalâl Abŭ Alrub adalah seorang penulis Islam salafî yang mumpuni. Beliau memiliki website bermanfaat, yaitu http://islamlife.com. Beliau aktif menulis counter dan tanggapan/bantahan terhadap syubuhat dan penyesatan opini para jurnalis Barat. Beliau pernah terlibat debat beberapa kali dengan para jurnalis dan penulis 'Neo-Con'. Terakhir kali, beliau menantang debat Robert Spencer (seorang Katolik pro Neo-Con, yang mengangkat dirinya sebagai 'Islam Specialist' dan banyak menulis tentang Islam secara ngawur dan tendensius. Ia adalah orang dibalik website jihadwatch dan dhimmiwatch.) Namun, Robert Spencer sepertinya tidak punya 'guts' (nyali), sehingga ia tidak pernah mau berhadapan langsung dengan Jalâl Abŭ Alrub.(taken from blogabusalma)

 

 

Djati Wibowo

Mechanical Department.

PT.Rekayasa Industri ( Engineering & Construction)

(021)7988700, 7988707 ext.2224

 

06 November 2007

FW: LEVELLING CONCRETE TGL 11 NOVEMBER 2007

 Subject: LEVELLING CONCRETE TGL 11 NOVEMBER 2007

 

Dh,

 

Issue yang up to date saat ini adalah rencana untuk levelling concrete yang direncanakan pada tanggal 11  November  2007.  Dari hasil   discuss  dengan manajemen  (Pak hoesni dan  Pak Christiawan) berikut ini  beberapa point yang bisa di consider :

 

1.Manajemen  sudah siap dalam pengadaan Concrete dari luar (Kemungkinan dari HOLCIM).  Mix design akan menggunakan mix design experienced  dari Holcim.

2.SEBELUM pelaksanaan  levelling concreting dilakukan kondisi-kondisi berikut :

 

  a.Dibuat   berita  acara atau inspection report yang di approve PLN  bahwa proses cleaning sudah dilakukan, plate bearing test sudah accept dan general inspection lainnya

  b.Drawing yang dijadikan  sebagai acuan dalam levelling concrete  sudah di approve  by PLN  (CMMIW)

 

3.Terkait juga dengan Progress kita yang belum-belum juga di approve oleh PLN.  Kemungkinan pelaksanaan levelling concrete ini akan dilaksanakan setelah PLN  menandatangani progress yang  kita ajukan, berapapun prosentasenya.

 

Mohon maaf sebelumnya dan mohon masukan dari teman-teman site dan teman-teman lainnya.  Trims

 

 

JOKO KUNTO

PT.Rekayasa Industri

PLTU Suralaya Unit 8 Project

Gedung Tranka, 3th Floor, Jl.Raya Pasar Minggu Km 17,5 Jakarta 12750

Telp : 021-7987082

Fax  : 021-7982330

HP   : 085921856998

 

 

GOLPUT DI PEMILIHAN KETUA UMUM IA-ITB

GOLPUT DI PEMILIHAN KETUA UMUM IA-ITB

Pak Ito dan Pak Ut seniorku yang sangat kuhormati,

Melanjutkan pembicaraan di telephon dengan Pak Ut yang penuh semangat
........

Maaf saya memilih golput, bukan karena apa-apa, saya merasa ITB terlalu
sempit ataupun terlalu besar bagi saya.
Sempitnya, ITB buat saya ya sama saja dengan UI, Universitas Mpu Tantular
atau sekolah manapun saja. Biasa saja, sebab alumni ITB tidak dijamin masuk
sorga lho ya he...he..... (becanda).
Banyak juga sih alumni ITB corrupsi dan malah jadi rajanya. Makanya
saya ndak pernah percaya sama pendekatan pembangunan bangsa lewat
teknologi dan sejenisnya. Qur'an banyak bercerita tentang tentang kaum Aad
pemilik teknologi paling andal di masa lampau yang sudah mampu membangun
"Super High Risk Building" yang akhirnya di musnahkan Allah lewat bencana
angin dingin selama 7 malam delapan hari. Firaun yang banyak membangun
teknologi ya seperti Amerika masa kinilah, juga punya kasus yang sama.
Teknologi kan cuma alat saja, lagi pula jika ITS lebih maju dan alumninya
secara moral dan agama lebih maju maka saya jelas mendukung alumni ITS
dong. Makanya baju ITB terlalu sempit buat saya jika saya memaksa untuk
memakainya. Bahkan baju Indonesiapun terasa sempit, sebab semua moslem itu
bersaudara tidak menilik suku dan ras-nya. Saya lebih sayang sama muslem
Afrika ketimbang orang ber KTP Indonesia tapi ngga shalat. Kalau ini
dibilang tidak nasionalis, ya memang begitu yang saya yaqini.

Namun nama ITB juga terlalu besar buat saya, karena saya tdk bisa mengukir
prestasi apa-apa dan nilai saya di ITB pas-pasan, sekolah aja 8 tahun
he...he.....he....Saya minder lho, dan menganggap hebat kawan-kawan alumni
yang lain, apalagi yang arrogan.

Dan maaf saya tidak setuju dengan Pak Ito dengan filosofi balas budi dalam
hal pemilihan ketua IA - ITB ini. Bagi saya, balas budi ke perusahaan ini
adalah dengan bekerja sebaik-baiknya yang bisa menguntungkan perusahaan ini
serta mematuhi system yang ada dan berlaku. Saya kira berlaku metoda take
and give. Oleh sebab itu siapapun yang akan resign dari perusahaan ini
tidak berdosa dan merupakan hak pribadi individu masing-masing sepanjang hak
dan kewajibannya masing-masing ditunaikan sebaik-baiknya. Setiap orang
punya konsep sendiri-sendiri dalam bekerja. Bagi saya kerja ini adalah
sarana mencari nafkah yang halal/maisyah dan bukan satu-satunya yang
penting dalam hidup ini. Saya tidak merasa membalas budi dengan
mendukung salah satu calon ketua, sebab hubungan kami adalah hubungan
formal.

Sehingga hal ini yang membuat saya golput dalam setiap PEMILU di negeri ini
sejak saya punya hak pilih tahun 1982 pada saat umur 17 tahun. Saya bukanlah
pendukung golkar, pdip, pks dan lain-lainnya itu. Saya tidak punya
kepentingan dan juga merasa tidak terwakili dengan mereka, kenapa saya harus
nyoblos mereka. Biarlah saya ikut dalam kegiatan2 yang mungkin
keliatannya kurang gagah : belajar dan ngajar ngaji aja. Termasuk hari ini
saya mau ngajar ngaji di pondok kelapa, ini kegiatan yang sangat saya
senangi, mengajak orang untuk lebih mengenal Alloh dan Rosul-Nya. Untuk
pengembangan teknologi dan industrialisasi di negeri ini adalah bagiannya
Pak Ito dan Pak Utaryo, sebagai tokoh2 yang ditunggu kiprah nyatanya di
negeri yang kita cintai ini.

Wassalam,


JOKO KUNTO
PT.Rekayasa Industri
PLTU Suralaya Unit 8 Project
Gedung Tranka, 3th Floor, Jl.Raya Pasar Minggu Km 17,5 Jakarta 12750
Telp : 021-7987082
Fax : 021-7982330
HP : 085921856998

_____________________________________________
From: Utaryo Leksono [mailto:utaryo_leksono@recare.rekayasa.co.id]
Sent: 06 Nopember 2007 9:39
To: 'Joko Kunto'
Cc: ito@re.rekayasa.co.id
Subject: RE: ISIAN FORMULIR PEMILIHAN KETUA IA

Ok terima kasih Pak Joko, kami menghargai pendirian anda.

Salam,
Utaryo Leksono

_____________________________________________
From: Joko Kunto [mailto:mkunto@rekayasa.co.id]
Sent: Tuesday, November 06, 2007 6:58 AM
To: 'Utaryo Leksono'
Cc: ito@re.rekayasa.co.id
Subject: RE: ISIAN FORMULIR PEMILIHAN KETUA IA

Pak Ut, pak Ito, maaf aku seperti biasa tetap golput

JOKO KUNTO
PT.Rekayasa Industri
PLTU Suralaya Unit 8 Project
Gedung Tranka, 3th Floor, Jl.Raya Pasar Minggu Km 17,5 Jakarta 12750
Telp : 021-7987082
Fax : 021-7982330
HP : 085921856998

_____________________________________________
From: Utaryo Leksono [mailto:utaryo_leksono@recare.rekayasa.co.id]
Sent: 02 Nopember 2007 15:17
To: ketut@re.rekayasa.co.id; pratopo@bisnis.rekayasa.co.id; 'Abdul Hayat
Ir.'; 'Abdul Latief Ir.'; 'Achmad Bakir Pasaman'; 'Aflah Djunaedi'; 'Ahmad
Salim, Ir.'; 'Alex Dharma Balen, Ir.'; 'Ali Suharsono'; 'Andreas Widodo
W.R., Ir.'; 'Anna Murwati Ir.'; 'Audiyanti Kusumowardhani'; 'Bambang Budi
Harsono'; 'Bambang Ismanto Ir.'; 'Bayu Christian Hervianto'; 'Budi Adi
Nugroho, Ir.'; 'Bunyamin Muamar, Ir.'; 'Chandra Sihombing Ir'; 'Christiawan
Tavipiano, Ir.'; 'Djoko Sumaryadi Ir.'; 'Djuniarman Achmad Djulkifli';
'Donal Donatus Silitonga, Ir.'; 'Dudi Agung, R.A Ir.'; 'Dwinovianto
Sediyono'; 'Eddy Herman Harun Ir'; 'Eka Suyasa'; 'Erman Surya Bakti Ir';
'Esthi Tunggul Birawati'; 'Gideon Siahaan'; 'Hamarullah Ir.'; 'Hamdan. Ir';
'Hilmi Hindersah'; 'I. Putu Gede Karang'; 'Ida Arini Awondatu'; 'Imam
Baehaqi'; 'Indrakasna Ir.'; 'Isep Tony Fajrillah'; 'Ismawati Ir.'; 'M.
Rozikin Busro'; 'Marcus Ritonga Ir'; 'Maya Irawati';
agung_n@bisnis.rekayasa.co.id; 'Mohamad Ibrahim Ir.'; 'Nicke Widyawati Ir.';
'Nuaim Badrul Kamal'; 'Rachmat Basuki'; 'Radian Z. Hosen Ir.'; 'Redy
Ferryanto, Ir.'; 'Roselita K Adiwinata'; 'Shri Arjuna Sriwijaya, Ir'; 'Sri
Rahayu Manoto Ir.'; 'Sudayat Ir.'; 'Sulaeman. Ir'; 'Sumantara Ir.'; 'Susanna
Usaheni , Ir'; 'Tjetjep Nirwan Mustafa'; 'Triharyo Indrawan S, Ir. Msc.';
'Triyani Utaminingsih, Ir.'; 'Turmudi Widodo, DR. Ir.'; 'Tyas Usada Ir.';
'Utik Dwi Pratiwi ,Ir'; 'Wayan Tem Gunawan'; 'Yusairi Ir. MSc.';
sholeh@rekayasa.co.id; 'Ahmad Diponegoro, Ir.'; 'Akhmad Tutus Harmantoro';
'Asoka Pandji Wisnhu, Ir.'; 'Dedy nandra'; 'Adrius Abrar'; 'Dedi Kadarsah';
'Erri Sastra'; 'Evita Ardianty'; 'Farid Sabaridin'; 'Fristi Ingkiriwang';
'Hadi Sukmawan Widjaya'; 'Hariman Satria'; 'Hendrizal'; 'Hery Nugraha';
'Iwan Juliano'; 'Joko Kuntono'; 'M. Darma Setiawan'; 'M. Ilham Bahrunsyah';
'Mohammad Hadi Basuri'; 'Muhammad Johar T'; 'Satria Arief Wicaksana'; 'Saut
Marolop Pardede'; 'Setya Wishuda Ir'; wida@rekayasa.co.id;
b_karno@rekayasa.co.id; agus_sigit@rekayasa.co.id; anang@rekayasa.co.id;
andrew_pasaribu@rekayasa.co.id; Arief_budiyanto@rekayasa.co.id;
arivenda@rekayasa.co.id; dadang_p@rekayasa.co.id;
yogie_hartanto@rekayasa.co.id; daniel_kharisma@rekayasa.co.id;
denisyarif@rekayasa.co.id; dodi_supriatna@rekayasa.co.id;
fachril@rekayasa.co.id; farid_kurniawan@rekayasa.co.id; 'Ifidma Eko
Gardini'; jonni@rekayasa.co.id; luh_karina@rekayasa.co.id;
lutfi_wijaya@rekayasa.co.id; makmun_alrasyid@rekayasa.co.id;
marihot@rekayasa.co.id; pujiatmaji_triwibowo@rekayasa.co.id;
ricky_pratomo@rekayasa.co.id; Soehartono@rekayasa.co.id;
tatang@rekayasa.co.id; yadi_supriadi@rekayasa.co.id; 'Budi Prianto .Ir';
rahmat_budhiyanto@rekayasa.co.id; adhitiya@rekayasa.co.id;
agung_prasetya@rekayasa.co.id; Agus_l@rekayasa.co.id; 'Ali Chaedaroh';
amad_mungalim@rekayasa.co.id; andry@rekayasa.co.id; andyo@rekayasa.co.id;
arif_hari@rekayasa.co.id; arif_rusyana@rekayasa.co.id;
ashri_putri@re.rekayasa.co.id; bachtiar_efendi@rekayasa.co.id;
audithira@rekayasa.co.id; bayu_suroso@rekayasa.co.id;
boorhan_rifai@re.rekayasa.co.id; dadan_m@rekayasa.co.id;
dadang@rekayasa.co.id; dadi@rekayasa.co.id; djati@rekayasa.co.id;
effendy_panggabean@rekayasa.co.id; erik@rekayasa.co.id;
hermawan@tracon.rekayasa.co.id; 'R. Dirgahayu Suakajaya'; 'Indri Atmoko';
'Insan Arifudin'; 'Irwin Irnandi'; 'Ismanuyono Sahman Ir.'; 'Iyos Rosiana
Ir.'; 'Ketut Darsana'; 'Komang Agus Pribadiana'; 'Masyhuri Rachman';
'Michael H. Damanik Ir.'; 'Muhammad Saumi'; 'Nuryanto Ir.'; 'Pramesti
Wardhani'; 'Pudjo Parmadi, Ir'; 'Rafik Ahmad Anis, Ir.'; 'Rio Frananda';
'Sebastian Suyanto'; 'Syamsudin Ir.'; 'Togu Bintang Darmawan'; 'Wilko
Fernando'; 'Yaya Wirahya'; 'Yuwono Widiarso'; niki_fajar@re.rekayasa.co.id;
yusuf@re.rekayasa.co.id; teuku.lheeka@re.rekayasa.co.id;
suyitno@re.rekayasa.co.id; ratu.fajar@rekayasa.co.id;
radhitya_himawan@re.rekayasa.co.id; muhammad_ilyas@rekayasa.co.id;
boi_sormin@rekayasa.co.id; lilis_sundari@rekayasa.co.id;
khrisna_vierananda@re.rekayasa.co.id; heru_marlianto@rekayasa.co.id
Subject: RE: ISIAN FORMULIR PEMILIHAN KETUA IA

Ok Pak Ketut, akan saya ambil sekarang Form dan titipan tersebut. Terima
Kasih,

Salam,
Utaryo Leksono

_____________________________________________
From: Ketut Partajaya [mailto:ketut@re.rekayasa.co.id]
Sent: Friday, November 02, 2007 12:40 PM
To: pratopo@bisnis.rekayasa.co.id; 'Abdul Hayat Ir.'; 'Abdul Latief Ir.';
'Achmad Bakir Pasaman'; 'Aflah Djunaedi'; 'Ahmad Salim, Ir.'; 'Alex Dharma
Balen, Ir.'; 'Ali Suharsono'; 'Andreas Widodo W.R., Ir.'; 'Anna Murwati
Ir.'; 'Audiyanti Kusumowardhani'; 'Bambang Budi Harsono'; 'Bambang Ismanto
Ir.'; 'Bayu Christian Hervianto'; 'Budi Adi Nugroho, Ir.'; 'Bunyamin Muamar,
Ir.'; 'Chandra Sihombing Ir'; 'Christiawan Tavipiano, Ir.'; 'Djoko Sumaryadi
Ir.'; 'Djuniarman Achmad Djulkifli'; 'Donal Donatus Silitonga, Ir.'; 'Dudi
Agung, R.A Ir.'; 'Dwinovianto Sediyono'; 'Eddy Herman Harun Ir'; 'Eka
Suyasa'; 'Erman Surya Bakti Ir'; 'Esthi Tunggul Birawati'; 'Gideon Siahaan';
'Hamarullah Ir.'; 'Hamdan. Ir'; 'Hilmi Hindersah'; 'I. Putu Gede Karang';
'Ida Arini Awondatu'; 'Imam Baehaqi'; 'Indrakasna Ir.'; 'Isep Tony
Fajrillah'; 'Ismawati Ir.'; 'M. Rozikin Busro'; 'Marcus Ritonga Ir'; 'Maya
Irawati'; agung_n@bisnis.rekayasa.co.id; 'Mohamad Ibrahim Ir.'; 'Nicke
Widyawati Ir.'; 'Nuaim Badrul Kamal'; 'Rachmat Basuki'; 'Radian Z. Hosen
Ir.'; 'Redy Ferryanto, Ir.'; 'Roselita K Adiwinata'; 'Shri Arjuna Sriwijaya,
Ir'; 'Sri Rahayu Manoto Ir.'; 'Sudayat Ir.'; 'Sulaeman. Ir'; 'Sumantara
Ir.'; 'Susanna Usaheni , Ir'; 'Tjetjep Nirwan Mustafa'; 'Triharyo Indrawan
S, Ir. Msc.'; 'Triyani Utaminingsih, Ir.'; 'Turmudi Widodo, DR. Ir.'; 'Tyas
Usada Ir.'; utaryo_leksono@recare.rekayasa.co.id; 'Utik Dwi Pratiwi ,Ir';
'Wayan Tem Gunawan'; 'Yusairi Ir. MSc.'; sholeh@rekayasa.co.id; 'Ahmad
Diponegoro, Ir.'; 'Akhmad Tutus Harmantoro'; 'Asoka Pandji Wisnhu, Ir.';
'Dedy nandra'; 'Adrius Abrar'; 'Dedi Kadarsah'; 'Erri Sastra'; 'Evita
Ardianty'; 'Farid Sabaridin'; 'Fristi Ingkiriwang'; 'Hadi Sukmawan Widjaya';
'Hariman Satria'; 'Hendrizal'; 'Hery Nugraha'; 'Iwan Juliano'; 'Joko
Kuntono'; 'M. Darma Setiawan'; 'M. Ilham Bahrunsyah'; 'Mohammad Hadi
Basuri'; 'Muhammad Johar T'; 'Satria Arief Wicaksana'; 'Saut Marolop
Pardede'; 'Setya Wishuda Ir'; wida@rekayasa.co.id; b_karno@rekayasa.co.id;
agus_sigit@rekayasa.co.id; anang@rekayasa.co.id;
andrew_pasaribu@rekayasa.co.id; Arief_budiyanto@rekayasa.co.id;
arivenda@rekayasa.co.id; dadang_p@rekayasa.co.id;
yogie_hartanto@rekayasa.co.id; daniel_kharisma@rekayasa.co.id;
denisyarif@rekayasa.co.id; dodi_supriatna@rekayasa.co.id;
fachril@rekayasa.co.id; farid_kurniawan@rekayasa.co.id; 'Ifidma Eko
Gardini'; jonni@rekayasa.co.id; luh_karina@rekayasa.co.id;
lutfi_wijaya@rekayasa.co.id; makmun_alrasyid@rekayasa.co.id;
marihot@rekayasa.co.id; pujiatmaji_triwibowo@rekayasa.co.id;
ricky_pratomo@rekayasa.co.id; Soehartono@rekayasa.co.id;
tatang@rekayasa.co.id; yadi_supriadi@rekayasa.co.id; 'Budi Prianto .Ir';
rahmat_budhiyanto@rekayasa.co.id; adhitiya@rekayasa.co.id;
agung_prasetya@rekayasa.co.id; Agus_l@rekayasa.co.id; 'Ali Chaedaroh';
amad_mungalim@rekayasa.co.id; andry@rekayasa.co.id; andyo@rekayasa.co.id;
arif_hari@rekayasa.co.id; arif_rusyana@rekayasa.co.id;
ashri_putri@re.rekayasa.co.id; bachtiar_efendi@rekayasa.co.id;
audithira@rekayasa.co.id; bayu_suroso@rekayasa.co.id;
boorhan_rifai@re.rekayasa.co.id; dadan_m@rekayasa.co.id;
dadang@rekayasa.co.id; dadi@rekayasa.co.id; djati@rekayasa.co.id;
effendy_panggabean@rekayasa.co.id; erik@rekayasa.co.id;
hermawan@tracon.rekayasa.co.id; 'R. Dirgahayu Suakajaya'; 'Indri Atmoko';
'Insan Arifudin'; 'Irwin Irnandi'; 'Ismanuyono Sahman Ir.'; 'Iyos Rosiana
Ir.'; 'Ketut Darsana'; 'Komang Agus Pribadiana'; 'Masyhuri Rachman';
'Michael H. Damanik Ir.'; 'Muhammad Saumi'; 'Nuryanto Ir.'; 'Pramesti
Wardhani'; 'Pudjo Parmadi, Ir'; 'Rafik Ahmad Anis, Ir.'; 'Rio Frananda';
'Sebastian Suyanto'; 'Syamsudin Ir.'; 'Togu Bintang Darmawan'; 'Wilko
Fernando'; 'Yaya Wirahya'; 'Yuwono Widiarso'; niki_fajar@re.rekayasa.co.id;
yusuf@re.rekayasa.co.id; teuku.lheeka@re.rekayasa.co.id;
suyitno@re.rekayasa.co.id; ratu.fajar@rekayasa.co.id;
radhitya_himawan@re.rekayasa.co.id; muhammad_ilyas@rekayasa.co.id;
boi_sormin@rekayasa.co.id; lilis_sundari@rekayasa.co.id;
khrisna_vierananda@re.rekayasa.co.id; heru_marlianto@rekayasa.co.id
Subject: RE: ISIAN FORMULIR PEMILIHAN KETUA IA

Dh,
Pak Redy/Pak Aflah, saya dititipi form isian IA oleh personel dari Vico dan
beberapa nomor HP teman-teman diluar Rekin. Mohon ada yang mengambil di lt4.
ROB2.

Salam,
Ktp.
-----Original Message-----
From: Ilham Pratopo [mailto:pratopo@bisnis.rekayasa.co.id]
Sent: Wednesday, October 31, 2007 7:55 PM
To: pratopo@bisnis.rekayasa.co.id; 'Abdul Hayat Ir.'; 'Abdul
Latief Ir.'; 'Achmad Bakir Pasaman'; 'Aflah Djunaedi'; 'Ahmad Salim, Ir.';
'Alex Dharma Balen, Ir.'; 'Ali Suharsono'; 'Andreas Widodo W.R., Ir.'; 'Anna
Murwati Ir.'; 'Audiyanti Kusumowardhani'; 'Bambang Budi Harsono'; 'Bambang
Ismanto Ir.'; 'Bayu Christian Hervianto'; 'Budi Adi Nugroho, Ir.'; 'Bunyamin
Muamar, Ir.'; 'Chandra Sihombing Ir'; 'Christiawan Tavipiano, Ir.'; 'Djoko
Sumaryadi Ir.'; 'Djuniarman Achmad Djulkifli'; 'Donal Donatus Silitonga,
Ir.'; 'Dudi Agung, R.A Ir.'; 'Dwinovianto Sediyono'; 'Eddy Herman Harun Ir';
'Eka Suyasa'; 'Erman Surya Bakti Ir'; 'Esthi Tunggul Birawati'; 'Gideon
Siahaan'; 'Hamarullah Ir.'; 'Hamdan. Ir'; 'Hilmi Hindersah'; 'I. Ketut
Partajaya'; 'I. Putu Gede Karang'; 'Ida Arini Awondatu'; 'Imam Baehaqi';
'Indrakasna Ir.'; 'Isep Tony Fajrillah'; 'Ismawati Ir.'; 'M. Rozikin Busro';
'Marcus Ritonga Ir'; 'Maya Irawati'; agung_n@bisnis.rekayasa.co.id; 'Mohamad
Ibrahim Ir.'; 'Nicke Widyawati Ir.'; 'Nuaim Badrul Kamal'; 'Rachmat Basuki';
'Radian Z. Hosen Ir.'; 'Redy Ferryanto, Ir.'; 'Roselita K Adiwinata'; 'Shri
Arjuna Sriwijaya, Ir'; 'Sri Rahayu Manoto Ir.'; 'Sudayat Ir.'; 'Sulaeman.
Ir'; 'Sumantara Ir.'; 'Susanna Usaheni , Ir'; 'Tjetjep Nirwan Mustafa';
'Triharyo Indrawan S, Ir. Msc.'; 'Triyani Utaminingsih, Ir.'; 'Turmudi
Widodo, DR. Ir.'; 'Tyas Usada Ir.'; utaryo_leksono@recare.rekayasa.co.id;
'Utik Dwi Pratiwi ,Ir'; 'Wayan Tem Gunawan'; 'Yusairi Ir. MSc.';
sholeh@rekayasa.co.id; 'Ahmad Diponegoro, Ir.'; 'Akhmad Tutus Harmantoro';
'Asoka Pandji Wisnhu, Ir.'; 'Dedy nandra'; 'Adrius Abrar'; 'Dedi Kadarsah';
'Erri Sastra'; 'Evita Ardianty'; 'Farid Sabaridin'; 'Fristi Ingkiriwang';
'Hadi Sukmawan Widjaya'; 'Hariman Satria'; 'Hendrizal'; 'Hery Nugraha';
'Iwan Juliano'; 'Joko Kuntono'; 'M. Darma Setiawan'; 'M. Ilham Bahrunsyah';
'Mohammad Hadi Basuri'; 'Muhammad Johar T'; 'Satria Arief Wicaksana'; 'Saut
Marolop Pardede'; 'Setya Wishuda Ir'; wida@rekayasa.co.id;
b_karno@rekayasa.co.id; agus_sigit@rekayasa.co.id; anang@rekayasa.co.id;
andrew_pasaribu@rekayasa.co.id; Arief_budiyanto@rekayasa.co.id;
arivenda@rekayasa.co.id; dadang_p@rekayasa.co.id;
yogie_hartanto@rekayasa.co.id; daniel_kharisma@rekayasa.co.id;
denisyarif@rekayasa.co.id; dodi_supriatna@rekayasa.co.id;
fachril@rekayasa.co.id; farid_kurniawan@rekayasa.co.id; 'Ifidma Eko
Gardini'; jonni@rekayasa.co.id; luh_karina@rekayasa.co.id;
lutfi_wijaya@rekayasa.co.id; makmun_alrasyid@rekayasa.co.id;
marihot@rekayasa.co.id; pujiatmaji_triwibowo@rekayasa.co.id;
ricky_pratomo@rekayasa.co.id; Soehartono@rekayasa.co.id;
tatang@rekayasa.co.id; yadi_supriadi@rekayasa.co.id; 'Budi Prianto .Ir';
rahmat_budhiyanto@rekayasa.co.id; adhitiya@rekayasa.co.id;
agung_prasetya@rekayasa.co.id; Agus_l@rekayasa.co.id; 'Ali Chaedaroh';
amad_mungalim@rekayasa.co.id; andry@rekayasa.co.id; andyo@rekayasa.co.id;
arif_hari@rekayasa.co.id; arif_rusyana@rekayasa.co.id;
ashri_putri@re.rekayasa.co.id; bachtiar_efendi@rekayasa.co.id;
audithira@rekayasa.co.id; bayu_suroso@rekayasa.co.id;
boorhan_rifai@re.rekayasa.co.id; dadan_m@rekayasa.co.id;
dadang@rekayasa.co.id; dadi@rekayasa.co.id; djati@rekayasa.co.id;
effendy_panggabean@rekayasa.co.id; erik@rekayasa.co.id;
hermawan@tracon.rekayasa.co.id; 'R. Dirgahayu Suakajaya'; Indri Atmoko;
Insan Arifudin; Irwin Irnandi; Ismanuyono Sahman Ir.; Iyos Rosiana Ir.;
Ketut Darsana; Komang Agus Pribadiana; Masyhuri Rachman; Michael H. Damanik
Ir.; Muhammad Saumi; Nuryanto Ir.; Pramesti Wardhani; Pudjo Parmadi, Ir;
Rafik Ahmad Anis, Ir.; Rio Frananda; Sebastian Suyanto; Syamsudin Ir.; Togu
Bintang Darmawan; Wilko Fernando; Yaya Wirahya; Yuwono Widiarso;
niki_fajar@re.rekayasa.co.id; yusuf@re.rekayasa.co.id;
teuku.lheeka@re.rekayasa.co.id; suyitno@re.rekayasa.co.id;
ratu.fajar@rekayasa.co.id; radhitya_himawan@re.rekayasa.co.id;
muhammad_ilyas@rekayasa.co.id; boi_sormin@rekayasa.co.id;
lilis_sundari@rekayasa.co.id; khrisna_vierananda@re.rekayasa.co.id;
heru_marlianto@rekayasa.co.id
Subject: ISIAN FORMULIR PEMILIHAN KETUA IA
Importance: High


Rekans IA ITB di Rekin,
Dalam rangka persiapan pemilihan ketua IA, berikut disampaikan
formulir (revisi terakhir) yang diperlukan untuk tercatat sebagai anggota &
pemilih. Mohon bantuan dan keikhlasan rekans untuk mengisinya. Perlu kami
sampaikan bahwa sebelumnya telah kami kirimkan formulir serupa (tapi tak
sama) , untuk itu bagi rekans yang sudah pernah mengisi, kami akan membantu
untuk menyalin isian tsb, ke formulir baru (kalau bersedia mengisi ulang,
kami sangat berterimakasih) namun bagi rekan yang belum sempat mengisi,
mohon bantuannya menggunakan formulir ini. Mohon jangan lupa memberikan
Kartu Nama sebagai bukti. Terimakasih seblumnya atas bantuannya.

Selanjutnya untuk lebih memperluas keikut-sertaan teman lain, mohon
bantuan rekans untuk bisa menginformasikan 1 - 2 (nama dan HP) orang yang
benar-benar bisa memilih Pak Henky dengan referensi dari rekans. Mohon
diforward ke : pratopo@bisnis.rekayasa.co.id. Teman dari rekans akan
dihubungi team telemarketing kami untuk melengkapi isian keanggotaan. Untuk
itu mohon bisa diinformasikan ke teman dari rekans tentang hal ini.

Untuk koordinasi di Rekayasa, mohon isian yang sudah terisi bisa
dikumpulkan (hard copy yang sudah ditandatangani + Kartu Nama) atau mail ke:
ROB -1 :
1. Redy Ferianto
2. Yadi
3. Esthi
4. Ilham
5. Sulaeman

ROB -2 :
1. Aflah Junaedi
2. Utaryo Leksono (RECARE)
3. Roselita
4. Agung Prasetya
5. Ashri Putri (RE)
6. Imam Bahaqi (Tracon)

Mengingat waktu yang sudah mendesak, mohon isian ini bisa kita
kumpulkan paling lambat tgl. 5 Nov. 2007.

Kami sangat berterimakasih atas kesediaan rekans untuk ikut
mensukeskan dan menentukan pilihan Ketua IA kepada rekan kita Pak Henky.


Salam,
Ilham (08159976597)

VOTE FOR HENKY
www.triharyo.com


Rangkaian kegiatan pemilihan kira-kira seperti ini :

A. TAHAP REGISTRASI - dari sekarang sampai Sabtu 17 November 07
Step -1 : Registrasi
Step -2 : Formulir registrasi akan dikumpulkan dan didaftarkan
secara bersama-sama oleh team sukses ke kantor Ikatan Alumni
Step -3 : Team sukses akan menerima bukti pendaftaran pemilih
Step -4 : Team sukses akan menyimpan bukti pendaftaran ini sampai
tanggal 17 November

B. TAHAP VOTING - Sabtu 17 November 07
Step - 1: Kunjungi Tempat Pemungutan Suara (TPS) - tempat akan
diinformasikan lebih lanjut
Step - 2: Hubungi Team Sukses di TPS dan ambil bukti pendaftaran
pemilih yang telah disimpan oleh team sukses sejak tahap registrasi
Step - 3: Lakukan voting di TPS dengan menunjukan bukti pendaftaran
pemilih

Demikian informasi yang kami terima


<< File: form02IAITB.DOC >>

05 November 2007

AL-QIYADAH DAN KAUM LIBERAL : ADIAN HUSAINI ARTICLE



"Al-Qiyadah Islamiyah dan Kaum Liberal”

Senin, 05 November 2007

Ormas Islam sepakar Al-Qiyadah Al Islamiyah “Sesat”. Namun pemikiran yang mendukungnya, jauh lebih “sesat”.
Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-212

Akhir-akhir ini kita disibukkan oleh berita tentang kasus kelompok ”Al-Qiyadah Islamiyah”. MUI, NU, Muhammadiyah, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, dan berbagai organisasi Islam lainnya, dengan tegas menyatakan bahwa ajaran kelompok al-Qiyahad Islamiyah adalah sesat dan menyesatkan. Kelompok ini mempunyai syahadat yang berbeda dengan umat Islam. Setelah bersemedi selama 40 hari di sebuah goa di Bogor, pemimpinnya mengaku sebagai nabi dan menerima wahyu dari Tuhan.
Melihat ajaran semacam itu, sebagai Muslim, dengan mudah kita bisa menilai bahwa kelompok itu sesat dan menyesatkan. Tidak perlu terlalu cerdas dan terlalu serius berpikir untuk membuat penilaian semacam itu. Sepanjang sejarah Islam, sudah banyak yang mengaku sebagai nabi, dan selama itu pula, umat Islam dengan mudah menyatakan bahwa mereka semua – yang mengaku sebagai nabi – adalah pendusta.
Dalam keputusannya, Majelis Tarjih Muhammadiyah sudah lama mengingatkan, bahwa orang yang mengimani adanya nabi lagi, sesudah Nabi Muhammad saw, maka kafirlah dia.
Rasulullah saw sudah bersabda: “Di antara umatku akan ada pendusta-pendusta, semua mengaku dirinya nabi, padahal aku ini penutup sekalian nabi.” (HR Ibn Mardawaihi, dari Tsauban).
Juga sabda Rasulullah saw: “Perumpamaanku dengan para nabi lainnya sebelumku adalah laksana seorang yang sedang mendirikan bangunan. Maka dibaguskan dan dibuat indah bangunan itu, kecuali satu batu bata (yang belum dipasang) pada salah satu penjurunya. Maka orang-orang mengelilinginya dan merasa heran serta bertanya:
“Mengapakah batu bata ini belum dipasang?” Rasulullah saw bersabda: ”Aku inilah bata itu dan aku adalah penutup para nabi.” (HR Muslim dari Abu Hurairah). Dari dua hadits tersebut dan banyak hadits Rasulullah saw lainnya, sangatlah jelas dimana posisi Nabi
Muhammad saw. Beliau adalah penutup para nabi. Sesudah beliau tidak ada nabi lagi. Karena itu, dunia Islam, misalnya, secara tegas menolak penafsiran kelompok Ahmadiyah yang mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Ketika menjelaskan QS as-Shaf ayat 7, buku Terjemah dan Tafsir Singkat al-Quran yang diterbitkan Jemaat Ahmadiyah Indonesia tahun 1987 menyebutkan: ”Jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini ditujukan kepada Rasulullah s.a.w., tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, sebab beliau telah dipanggil dengan nama Ahmad dalam wahyu (Brahin Ahmadiyah), dan oleh karena dalam diri beliau terwujud kedatangan kedua atau diutusnya yang kedua kali Rasulullah s.a.w.
Ayat ketiga Surah Jumu’ah tegas mengisyaratkan kepada kedatangan kedua Rasulullah s.a.w. telah pula dinyatakan dengan tegas dalam Injil Barnabas, yang dianggap oleh kaum gerejani tidak sah, tetapi pada pihak lain mereka menganggapnya otentik (dapat dipercaya) seotentik setiap dari keempat Injil.” (hal. 1914).
Seperti pernah kita bahas, Ahmadiyah mewajibkan umat Islam untuk mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Karena itulah, dunia Islam tidak berbeda pendapat dalam masalah ini, bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat. Demikian juga dengan kelompok al-Qiyadah Islamiyah. Kesesatannya sangat jelas dan gamblang. Tidak perlu banyak diskusi tentang masalah ini.
Di tengah situasi seperti ini, sejumlah televise menampilkan sosok-sosok liberal untuk menjadi pembela kelompok Qiyadah Islamiyah. Beberapa kali saya mendapat telepon dan SMS agar menonton tayangan debat antara orang liberal dengan tokoh-tokoh Islam.
Saya sebenarnya sudah agak malas mendengar argumentasi kaum liberal dalam soal seperti ini, karena tidak ada yang baru. Bisa dengan mudah ditebak, mereka akan berbicara tentang relativisme tafsir dan posisi negara yang harus netral terhadap agama.
Orang-orang liberal itu tak bosan-bosannya mengulang-ulang lagu ’relativisme tafsir’.
Mereka selalu menyatakan, tafsir mana yang mau diikuti. Kata mereka, semua orang berhak memiliki pendapat dan tafsir sendiri. Kalau suatu ajaran atau kelompok dinyatakan sesat, maka mereka akan menyatakan, itu sesat menurut siapa? Kelompok Qiyadah Islamiyah memang sesat menurut MUI, tetapi tidak sesat menurut lainnya, kata mereka. Bahkan ada yang menyatakan, yang sesat adalah MUI bukan Qiyadah Islamiyah.
Kita sudah berulangkali membahas dan mengkritik paham relativisme tafsir kaum liberal ini. Tapi, kita sudah paham, bahwa selama ini mereka tidak mau mendengar argumentasi pihak lain. Mereka juga merasa benar dengan pendapatnya sendiri. Sejauh ini, hampir tidak ada gunanya berargumen dengan mereka. Sebab, mereka memang tidak mau mendengar kebenaran dan tidak tidak mengakui adanya satu kebenaran untuk semua manusia.
Jadi, bagaimana bisa sampai kepada kebenaran, jika adanya kebenaran itu sendiri sudah mereka tolak? Pada akhirnya, mereka menjadikan diri mereka sebagai tuhan yang dengan semaunya menafsirkan ayat-ayat Allah sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Saat menonton sebuah debat di TV yang menampilkan seorang pentolan kaum liberal dan ketua Komisi Fatwa MUI pusat, saya berpikir, apakah orang yang mengaku liberal ini tidak takut lagi untuk berhadapan dengan Allah SWT di akhirat nanti? Ataukah dia masih percaya bahwa nanti dirinya akan dibangkitkan dan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya? Setelah perdebatan itu, saya menerima telepon dan sejumlah SMS yang menyayangkan penampilan tokoh MUI yang terlalu lunak dalam menghadapi orang liberal tersebut.
Dari sinilah kita paham, bahwa liberalisasi Islam memang sudah menjadi tantangan yang sangat serius bagi umat Islam. Sebab, mereka bukan hanya salah, tetapi juga aktif membela yang salah. Karena itu, tidak salah, jika ada yang berujar, bahwa kaum liberal memang spesialis dalam membela yang salah-salah.
Ketika umat Islam menyatakan bahwa Ahmadiyah, agama Salamullah, Qiyadah Islamiyah, pornografi, dan sebagainya adalah paham sesat dan tindakan salah, maka kaum liberal berdiri pada garis depan untuk membela mereka. Begitu juga ketika umat Islam menolak shalat dalam dua bahasa, maka kaum liberal pun membelanya.
Seperti kita ketahui, paham relativisme tafsir adalah pemikiran yang absurd dan konyol. Dengan pemikiran ini, mereka telah menghilangkan otoritas dalam penafsiran. Padahal, ini jelas tidak mungkin. Dalam kehidupan ini, selalu ada otoritas dan standar dalam penilaian sesuatu. Standar itu tentu didasarkan pada penilaian yang umum dan normal. Pada umumnya, manusia akan menilai bahwa Presiden SBY lebih tampan dibandingkan Thukul Arwana. Pada umumnya manusia akan menilai bahwa Inneke Koesherawati lebih cantik jika dibandingkan dengan pelawak Omas atau Rini Bonbon.
Karena manusia adalah makhluk yang satu, maka manusia bisa mempunyai standar yang satu. Kita bisa melihat, biasanya yang terpilih sebagai Miss Universe adalah wanita yang memang cantik menurut ukuran rata-rata manusia normal. Pada umumnya, kaum laki-laki memang lebih kuat secara fisik ketimbang kaum wanita, sehingga dibuat kategorisasi olah raga antara laki-laki dan wanita.
Dalam logika relativisme ala post-modernist, memang segalanya bisa menjadi relatif. Di rumah sakit jiwa, seorang yang sakit jiwa bisa menuduh dokternya yang gila, bukan dia yang gila. Standar siapa yang digunakan untuk menentukan seseorang itu sakit jiwa atau tidak? Tentulah yang dipakai standar dokter jiwa. Bukan standar orang sakit jiwa.
Pada umumnya dan normalnya orang Islam akan mengatakan bahwa kelompok Qiyadah Islamiyah adalah salah, karena memang sudah keluar dari batas-batas ajaran pokok dalam Islam. Itu umumnya dan normalnya. Tentu kita tidak perlu terlalu mendengar ucapan miring dan ganjil yang menyatakan bahwa Qiyadah Islamiyah adalah juga benar. Pendapat seperti ini adalah pendapat aneh dan syadz. Sepanjang sejarah ada saja pendapat nyeleneh seperti itu.
Islam adalah agama wahyu yang memiliki batas-batas yang jelas. Ada rukun iman dan rukun Islam. Orang yang menolak kenabian Muhammad saw, pastilah sudah berdiri di luar Islam. Agama lain juga memiliki batas-batas atau definisi sendiri. Kaum Kristen yang tidak mengakui otoritas Gereja Katolik dalam penafsiran Bibel, maka dia sudah berdiri di luar agama Katolik, meskipun dia juga mengakui Yesus sebagai Tuhannya.
Karena itu, sangatlah aneh dan absurd dan keliru jika kaum liberal menyatakan, penafsiran apapun terhadap Al-Quran bisa dibenarkan.
Kita menyatakan, ada tafsir yang benar dan ada tafsir yang salah. Tidak semua tafsir bisa dibenarkan? Kalau mereka bertanya, benar menurut siapa? Tentu benar menurut ahli tafsir, orang yang mempunyai otoritas di bidang tafsir. Di sinilah, kita saat ini menghadapi persoalan. Sebab, kaum liberal juga berusaha keras merebut otoritas dalam penafsiran agama. Banyak diantara mereka yang merupakan profesor atau doctor dalam bidang studi Islam.
Dengan otoritas keagamaan yang mereka miliki, kemudian mereka melakukan penyesatan kepada manusia. Dalam hal ini, mereka masuk kategori ulama su’, ulama yang jahat. Ulama yang dengan ilmunya justru menyesatkan manusia. Di tengah heboh kasus Qiyadah Islamiyah, terbetik berita, Sabtu (27/10/2007), di sebuah vila di Anyer, dilangsungkan sebuah perkawinan antara seorang Muslimah berinisial DA dengan seorang pria Kristen berinisial BM. Menurut saksi mata, prosesi perkawinan itu diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, dilanjutkan dengan Ijab qabul yang dilakukan oleh Dr. Zainun Kamal, dosen UIN Jakarta. Acara berikutnya adalah votum dan salam oleh Pdt Samuel B. Hananto, pembacaan ayat-ayat Bibel, khutbah pendeta dan nyanyian jemaat.
Perkawinan semacam ini tentulah sangat ganjil, baik bagi Islam maupun bagi Kristen. Dalam Islam, perkawinan itu jelas tidak sah. Kalau ditanya, tidak sah menurut siapa? Tentu menurut Al-Quran, hadits, dan pendapat ulama-ulama yang mu’tabarah, yang punya otoritas. Bukan menurut pendapat yang ganjil seperti Dr. Zainun Kamal tersebut. Meskipun dia doktor dan dosen di Faktultas Ushuluddin Universitas Islam, pendapat dan tindakannya tetap salah dan merusak.
Kita tahu, aktivitas Zainun Kamal dan kawan-kawannya dalam mengawinkan pasangan beda agama, sudah sangat keterlaluan. Mereka sudah secara terbuka dalam mengadakan berbagai aktivitas perkawinan beda agama.
Dan anehnya lagi, tidak ada tindakan apa-apa dari pimpinan kampusnya dan juga pemerintah. MUI juga diam saja. Padahal, perilaku dan tindakan Dr. Zainun Kamal dan kawan-kawannya dalam merusak Islam tidak kalah jahatnya dibandingkan dengan kelompok Qiyadah Islamiyah. Sebab, dia menyandang otoritas sebagai doktor dan dosen bidang agama Islam. Wallahu a’lam. [Depok, 2 November 2007/http://www.hidayatullah.com/]
Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan http://www.hidayatullah.com/

31 Oktober 2007

Jangan tertipu pada penampilan


Assalamu'alaikum,

Kita sering mengasumsikan apa-apa yang tampak dari luar pada assosiasi tertentu yang sudah mengendap di pikiran masyarakat. Misalnya orang berjenggot pakai baju taqwa pastilah rajin ke Masjid. Pegawai yang pakai dasi, biasanya level manager ke atas dan sebagainya. Kesimpulan secara umum memang mungkin saja benar tetapi jika kita menghadapi kasus per kasus kenyataannya bisa lain.

Dalam menilai individu-individu tertentu yang kita kenal seharusnya melewati rangkaian proses sehingga penilaian kita jadi lebih akurat dong. Ada orang yang mungkin nggak kita senangi di awal ternyata jadi teman akrab kita, demikian juga sebaliknya. Yang jelas, saringan yang bernama proses pasti hasilnya lebih akurat.

Ada seseorang yang jenggotnya panjang, pengetahuan agamanya juga banyak, pandai, tetapi selalu berusaha emncari celah-celah untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari yang syubhat dan haram. Dipersulitnya pak kontraktor, sehingga dia punya bargaining untuk mendapatkan sesuatu yang bisa menambah pundi-pundinya. Dan itu dilakukan dengan dingin, tanpa rasa bersalah sedikitpun, seolah-olah itu sangat biasa. Ya itulah kenyataan dan itulah manusia yang selalu mengejar dunia dengan segala macam cara, tak peduli yang syubhat dan haram.

Bangsa ini sungguh jadi bangsa yang kerdil dan akan terus demikian jika keadaan terus berlangsung seperti ini. Bangsa ini akan bisa maju jika ditangani dengan tangan besi kekuasaan. Ya, inilah mentalitas pribumi yang merupakan warisan perjalanan panjang sejarah.

Hanya sedikit segelintir orang yang berjiwa besar dan berkurban, dan itulah pejuang Islam yang betul-betul ingin memperbaiki mentalitas bangsa ini. Ongkos yang harus dipikul untuk memajukan bangsa ini sungguh sangat besar, perlu da'wah berkelanjutan dan dengan percepatan yang prima.

24 Oktober 2007

Rezeki Yang Halal


Zaman ini adalah zaman konsumerisme. Orang berlomba-lomba mengejar kemegahan dan keamanan finansial. Bagi karyawan yang on behalf owner yang punya proyek, segala cara dilaksanakan untuk menekan contractor, supaya ada pemasukan sampingan. Entah dengan mempersulit approval document, mempersulit pekerjaan dan sebagainya. Soal halal dan haram kadang menjadi nomor sekian. Zaman ini adalah zaman dimana manusia menuhankan duit.

Setali 3 uang dengan para anggota dewan, para birokrat yang ditangannya berbagai macam peraturan digenggam. Gaji bulanan sudah tidak menarik lagi. Berbagai macam trik dan kesulitan diciptakan sehingga orang-orang tidak segan membayar untuk sejumput kemudahan. Kemudahan yang seharusnya sudah menjadi hak masyarakat kini menjadi komoditi yang harus dibayar dengan cara transaksi di bawah meja. Jika meja-meja itu bisa bersaksi maka belang dan aib para penegak hukum yang terhormat, pejabat tinggi, politisi dan berbagai macam jabatan prestis lainnya akan tampak terang benderang. Zaman ini adalah zaman dimana manusia sudah kehilangan malunya karena dosa adalah sesuatu yang biasa.

Bagi yang ingin jalan pintas yang lain, tersedia berbagai macam trick dan kesempatan. Intinya adalah mendapatkan income walaupun untuk itu harus menyakiti dan melanggar hak orang-orang lainnya. Bangsa ini bangsa yang sedang sakit. Dari atas sampai ke bawah sama saja. Kini rakyat jelata pun salng menzholimi sesamanya. Sayangnya, ada agama yang sudah inheren pada diri mereka yang jika di aplikasikan maka bangsa ini kembali sembuh. Sayangnya Islam tinggal jadi accessoris semata sementara substansinya kok malah ditinggalkan. Boleh-boleh lho jadi kaya tapi cara mulia sehingga mengundang doa orang banyak. Satu rupiah saja jika ada uang yang tidak haq masuk ke kantong kita maka implikasi sosial dan psikisnya bukan sesuatu yang ringan.

Ya Alloh, berikanlah kesadaran pada saudara2-ku yang sebagian pendapatannya dari hasil menyakiti orang lain. Karuniakanlah keberkahan pada rezeki kami semua dan jadikan kami shabar dan ridho serta mencintai dengan yang halal-halal.

Kewajiban Ibu tanggapan untuk Pak Ito et all

Pak Ito et all,

Minta pencerahan apa sih ? Kan sudah cerah-cerah semua, wong habis lebaran dan jalan-jalan pulang kampung...he...he....

Btw, dari postingnya mas Rizal dimana anak mempersepsikan kegiatan pembantu sesuatu yang seharusnya dilakukan Ibu, menggelitik kita untuk menilik kembali ke dalam. Seorang Ibu yang tidak bekerja pun bisa saja melalaikan kewajibannya sebagai ibu, bukan sekedar ibu biologis. Ya kalau di rumah banyak kongkouw2, nonton sinetron sabun dan kegiatan-kegiatan tidak penting lainnya, tugas utamanya terhadap anaknya juga akan terbengkalai. Sebaliknya ibu yang bekerja, dia harus bekerja ekstra keras, menuntaskan pekerjaannya yang sering juga dikerja target sama kewajiban dasarnya terhadap anak. Saya sangat kagum pada ibu yang bekerja dan banyak aktivitas tetapi mampu memproduk anak-anak yang sholih dan sholihah.

Kewajiban utama ibu adalah mendidik anak dalam arti luas. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak, sebab dari ibu-ibu yang hebat akan lahir anak-anak yang hebat pula. Tugas mendidik ini secara rinci dalam tinjauan syar’in adalah menanam Aqidah yang bersih, mengajari anak sholat, menanamkan kecintaan kepada Alloh dan Rasul-Nya lebih dari yang lain, mengajarkan Qur’an dan nyuruh anak-anak supaya menghafalnya, mengajari sUNNah dan menjaganya dan menanamkan akhlaq yang baik.

Demikian dan selamat bekerja, semoga sukses

Wassalam,


Nb : sy kirim attachment keluarga mas tamim, untuk masukan buat kita semua

22 Oktober 2007

Pasca Romadhon, apa yang kita lakukan ?

Assalamu'alaikum,

Sekolah Romadhon telah usai, ditutup dengan hiruk pikuk pulang kampung, halal bi halal, kunjung family, macet dan seribu satu cerita lainnya. Kini Ramadhan tinggal kenangan serta menyisakan satu pertanyaan akankah umur ini sampai ke Ramadhan berikutnya, jika Alloh Azza wa Jalla berkenan. Sesudah masa pendadaran ini selesai, what next, swgtl ? Akankah kemusliman kita bertambah baik atau biasa-biasa saja seperti biasanya ?.
Ramadhan adalah sekolah kita, haji juga sekolah kita, sholat berjamaa'ah di masjid di waktu shubuh juga sekolah kita. Bertambah arif-kah kita ? Tentu itu pertanyaan yang tidak mudah di jawab karena jawabannya membutuhkan hati nurani yang jujur. Sudah berapa kali Ramadhan berlalu tapi kualitas bangsa ini ternyata masih begitu-begitu juga. Korupsi, manipulasi, dan sederet kegiatan mendapatkan uang dengan menyakiti orang lain masih akan banyak mendominasi panggung kehidupan di sekitar kita. Jadi dimana sekolah Ramadhan punya arti ?
Lepas dari itu semua, aku berniat untuk meningkatkan ibadah di bulan-bulan berikutnya. Rajin shoum sunnah, khususnya senin - kamis bahkan puasa Daud kalau bisa ya. Ibadah shoum ini berat buat aku karena hobby makan dan ngemil. Sering tidak tahan godaan karena di ajak makan bareng yang tentu saja gratis. Apalagi kalau lagi jalan keluar, berat banget mau bertahan shoum. Sebenarnya secara fisik sih mampu, cuman mental aja yang payah diri ini sehingga gagal maning-gagal maning. Aku sejak lama berniat shoum Daud, tapi hingga detik ini nggak pernah mampu secara konsisten nyambung terus. Lha wong senin kamis aja nggak konsisten. Ya Alloh karuniakanlah kami azzam yang kuat dan niat yang consistent serta fisik yang mampu ibadah.
Pasca Ramadhan juga menyisakan satu pertanyaan, program-program kerja yang banyak ini bagaimana ya supaya terrealisir. Hamba yang miskin prestasi ini bermohon agar kiranya bisa mengukir prestasi yang lebih baik, merealisir program-program yang sudah tertata dan memanfaatkan waktu se-efisien mungkin. WAKTU KITA tidak banyak lagi, tinggal sedikit lho sementara kewajiban kok kayaknya makin banyak aja ya. Ya Alloh, karuniakanlah kami kekuatan, keberanian untuk menyampaikan amanat-Mu ini, berda'wah ke seluruh penjuru yang kami mampu, menyebarkan keindahan dan rahmat-Mu berupa dinul Islam yang suci dan mencerahkan, Jadikanlah senantiasa hati kami lunak dan lembut, tergetar oleh keagungan-Mu serta senantiasa mampu menetes air mata ini ketika membaca firman-Mu.
Pasca Ramadhan, adalah saat kita naik kelas jika hasil ujiannya bagus. Jika tidak ya malah tinggal kelas atau biasa