31 Oktober 2007

Jangan tertipu pada penampilan


Assalamu'alaikum,

Kita sering mengasumsikan apa-apa yang tampak dari luar pada assosiasi tertentu yang sudah mengendap di pikiran masyarakat. Misalnya orang berjenggot pakai baju taqwa pastilah rajin ke Masjid. Pegawai yang pakai dasi, biasanya level manager ke atas dan sebagainya. Kesimpulan secara umum memang mungkin saja benar tetapi jika kita menghadapi kasus per kasus kenyataannya bisa lain.

Dalam menilai individu-individu tertentu yang kita kenal seharusnya melewati rangkaian proses sehingga penilaian kita jadi lebih akurat dong. Ada orang yang mungkin nggak kita senangi di awal ternyata jadi teman akrab kita, demikian juga sebaliknya. Yang jelas, saringan yang bernama proses pasti hasilnya lebih akurat.

Ada seseorang yang jenggotnya panjang, pengetahuan agamanya juga banyak, pandai, tetapi selalu berusaha emncari celah-celah untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari yang syubhat dan haram. Dipersulitnya pak kontraktor, sehingga dia punya bargaining untuk mendapatkan sesuatu yang bisa menambah pundi-pundinya. Dan itu dilakukan dengan dingin, tanpa rasa bersalah sedikitpun, seolah-olah itu sangat biasa. Ya itulah kenyataan dan itulah manusia yang selalu mengejar dunia dengan segala macam cara, tak peduli yang syubhat dan haram.

Bangsa ini sungguh jadi bangsa yang kerdil dan akan terus demikian jika keadaan terus berlangsung seperti ini. Bangsa ini akan bisa maju jika ditangani dengan tangan besi kekuasaan. Ya, inilah mentalitas pribumi yang merupakan warisan perjalanan panjang sejarah.

Hanya sedikit segelintir orang yang berjiwa besar dan berkurban, dan itulah pejuang Islam yang betul-betul ingin memperbaiki mentalitas bangsa ini. Ongkos yang harus dipikul untuk memajukan bangsa ini sungguh sangat besar, perlu da'wah berkelanjutan dan dengan percepatan yang prima.

24 Oktober 2007

Rezeki Yang Halal


Zaman ini adalah zaman konsumerisme. Orang berlomba-lomba mengejar kemegahan dan keamanan finansial. Bagi karyawan yang on behalf owner yang punya proyek, segala cara dilaksanakan untuk menekan contractor, supaya ada pemasukan sampingan. Entah dengan mempersulit approval document, mempersulit pekerjaan dan sebagainya. Soal halal dan haram kadang menjadi nomor sekian. Zaman ini adalah zaman dimana manusia menuhankan duit.

Setali 3 uang dengan para anggota dewan, para birokrat yang ditangannya berbagai macam peraturan digenggam. Gaji bulanan sudah tidak menarik lagi. Berbagai macam trik dan kesulitan diciptakan sehingga orang-orang tidak segan membayar untuk sejumput kemudahan. Kemudahan yang seharusnya sudah menjadi hak masyarakat kini menjadi komoditi yang harus dibayar dengan cara transaksi di bawah meja. Jika meja-meja itu bisa bersaksi maka belang dan aib para penegak hukum yang terhormat, pejabat tinggi, politisi dan berbagai macam jabatan prestis lainnya akan tampak terang benderang. Zaman ini adalah zaman dimana manusia sudah kehilangan malunya karena dosa adalah sesuatu yang biasa.

Bagi yang ingin jalan pintas yang lain, tersedia berbagai macam trick dan kesempatan. Intinya adalah mendapatkan income walaupun untuk itu harus menyakiti dan melanggar hak orang-orang lainnya. Bangsa ini bangsa yang sedang sakit. Dari atas sampai ke bawah sama saja. Kini rakyat jelata pun salng menzholimi sesamanya. Sayangnya, ada agama yang sudah inheren pada diri mereka yang jika di aplikasikan maka bangsa ini kembali sembuh. Sayangnya Islam tinggal jadi accessoris semata sementara substansinya kok malah ditinggalkan. Boleh-boleh lho jadi kaya tapi cara mulia sehingga mengundang doa orang banyak. Satu rupiah saja jika ada uang yang tidak haq masuk ke kantong kita maka implikasi sosial dan psikisnya bukan sesuatu yang ringan.

Ya Alloh, berikanlah kesadaran pada saudara2-ku yang sebagian pendapatannya dari hasil menyakiti orang lain. Karuniakanlah keberkahan pada rezeki kami semua dan jadikan kami shabar dan ridho serta mencintai dengan yang halal-halal.

Kewajiban Ibu tanggapan untuk Pak Ito et all

Pak Ito et all,

Minta pencerahan apa sih ? Kan sudah cerah-cerah semua, wong habis lebaran dan jalan-jalan pulang kampung...he...he....

Btw, dari postingnya mas Rizal dimana anak mempersepsikan kegiatan pembantu sesuatu yang seharusnya dilakukan Ibu, menggelitik kita untuk menilik kembali ke dalam. Seorang Ibu yang tidak bekerja pun bisa saja melalaikan kewajibannya sebagai ibu, bukan sekedar ibu biologis. Ya kalau di rumah banyak kongkouw2, nonton sinetron sabun dan kegiatan-kegiatan tidak penting lainnya, tugas utamanya terhadap anaknya juga akan terbengkalai. Sebaliknya ibu yang bekerja, dia harus bekerja ekstra keras, menuntaskan pekerjaannya yang sering juga dikerja target sama kewajiban dasarnya terhadap anak. Saya sangat kagum pada ibu yang bekerja dan banyak aktivitas tetapi mampu memproduk anak-anak yang sholih dan sholihah.

Kewajiban utama ibu adalah mendidik anak dalam arti luas. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak, sebab dari ibu-ibu yang hebat akan lahir anak-anak yang hebat pula. Tugas mendidik ini secara rinci dalam tinjauan syar’in adalah menanam Aqidah yang bersih, mengajari anak sholat, menanamkan kecintaan kepada Alloh dan Rasul-Nya lebih dari yang lain, mengajarkan Qur’an dan nyuruh anak-anak supaya menghafalnya, mengajari sUNNah dan menjaganya dan menanamkan akhlaq yang baik.

Demikian dan selamat bekerja, semoga sukses

Wassalam,


Nb : sy kirim attachment keluarga mas tamim, untuk masukan buat kita semua

22 Oktober 2007

Pasca Romadhon, apa yang kita lakukan ?

Assalamu'alaikum,

Sekolah Romadhon telah usai, ditutup dengan hiruk pikuk pulang kampung, halal bi halal, kunjung family, macet dan seribu satu cerita lainnya. Kini Ramadhan tinggal kenangan serta menyisakan satu pertanyaan akankah umur ini sampai ke Ramadhan berikutnya, jika Alloh Azza wa Jalla berkenan. Sesudah masa pendadaran ini selesai, what next, swgtl ? Akankah kemusliman kita bertambah baik atau biasa-biasa saja seperti biasanya ?.
Ramadhan adalah sekolah kita, haji juga sekolah kita, sholat berjamaa'ah di masjid di waktu shubuh juga sekolah kita. Bertambah arif-kah kita ? Tentu itu pertanyaan yang tidak mudah di jawab karena jawabannya membutuhkan hati nurani yang jujur. Sudah berapa kali Ramadhan berlalu tapi kualitas bangsa ini ternyata masih begitu-begitu juga. Korupsi, manipulasi, dan sederet kegiatan mendapatkan uang dengan menyakiti orang lain masih akan banyak mendominasi panggung kehidupan di sekitar kita. Jadi dimana sekolah Ramadhan punya arti ?
Lepas dari itu semua, aku berniat untuk meningkatkan ibadah di bulan-bulan berikutnya. Rajin shoum sunnah, khususnya senin - kamis bahkan puasa Daud kalau bisa ya. Ibadah shoum ini berat buat aku karena hobby makan dan ngemil. Sering tidak tahan godaan karena di ajak makan bareng yang tentu saja gratis. Apalagi kalau lagi jalan keluar, berat banget mau bertahan shoum. Sebenarnya secara fisik sih mampu, cuman mental aja yang payah diri ini sehingga gagal maning-gagal maning. Aku sejak lama berniat shoum Daud, tapi hingga detik ini nggak pernah mampu secara konsisten nyambung terus. Lha wong senin kamis aja nggak konsisten. Ya Alloh karuniakanlah kami azzam yang kuat dan niat yang consistent serta fisik yang mampu ibadah.
Pasca Ramadhan juga menyisakan satu pertanyaan, program-program kerja yang banyak ini bagaimana ya supaya terrealisir. Hamba yang miskin prestasi ini bermohon agar kiranya bisa mengukir prestasi yang lebih baik, merealisir program-program yang sudah tertata dan memanfaatkan waktu se-efisien mungkin. WAKTU KITA tidak banyak lagi, tinggal sedikit lho sementara kewajiban kok kayaknya makin banyak aja ya. Ya Alloh, karuniakanlah kami kekuatan, keberanian untuk menyampaikan amanat-Mu ini, berda'wah ke seluruh penjuru yang kami mampu, menyebarkan keindahan dan rahmat-Mu berupa dinul Islam yang suci dan mencerahkan, Jadikanlah senantiasa hati kami lunak dan lembut, tergetar oleh keagungan-Mu serta senantiasa mampu menetes air mata ini ketika membaca firman-Mu.
Pasca Ramadhan, adalah saat kita naik kelas jika hasil ujiannya bagus. Jika tidak ya malah tinggal kelas atau biasa

09 Oktober 2007

Surat ke CNTIC Site

Dear Mr. SUI Yingti

Refer to your letter No.07L/REK/JS58/0073 about Building Integrative Lab on The Construction Site, please consider for the following answer :


1. Aggregate Test. We plan provide aggregate test in Materal Laboratory University of Indonesia, Depok. Items of test are :

Sieve Analysis of Coarse Aggregate
Sieve Analysis of Fine Aggregate
Soundness Test
Organic Impurities Test
Mud Content Test
Lempung Content Test
Indeks Kepipihan
Sand Equivalent Test
Specific Gravity of Coarse Aggregate
Specific Gravity of Fine Aggregate
Concrete Air Content
Unit Weigh Test of Coarse Aggregate
Unit Weigh Test of Fine Aggregate

For lean concrete, we have taken aggregate’s samples from the Quarry in Pulorida and for the time beeing is still testing in UI Laboratory.

2.Cement Test. We plan provide test in Indocement Laboratory. Items of test are :

Fineness, specific surface, Air permeability test
Auto clave extension
Compressive Strength
Time of setting, vicat test
Sulfat expansion
Air content of mortar, volume
False set
Chemical Properties

3.Water Test will be provided from PT.Sucofindo, Cilegon or UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Dinkes Kab.Serang. Items of test are based on BS-3148 and SNI-03-xxxx-2002 to check the impurity of pH, Magnesium Chloride, Calcium Chloride, Sodium Chloride, Sodium Sulfide, Carbonates etc.

4.Compressive Test for trial mix design will be carried out by Laboratorium Material University of Indonesia.

5.Concrete Test. For daily test such us slump test and compressive strength test , we will provide site lab.test, integrated with batching plant location. All equipment will be calibrated at BBTKS-BPPT Serpong.

6.Rebar Test. For the first step, rebar test will be provided by Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur – BPPT Serpong (previous LUK). Items of test are :

Tensile Test
Bending Test
Chemical Properties

For the next production, rebar test will be carried out by manufacture for every batch.

7.WeldingTest. For welding requirement, all welding procedur qualification shall be approved by Depnaker (Government body regulatory). Also, all welder shall be certified by Depnaker. Welder qualification test will be conducted in site for the first step before working.

8.Brick test . Anti press strength will be provided in Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur – BPPT Serpong (previous LUK).

9.Allumunium alloy construction will be tested in Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur – BPPT Serpong (previous LUK) especially for tension test and rigidity test.

10.Water proof material will be tested by manufacturer


If any questions please don’t hesitate to contact us.
Thank you for for your cooperation.



Best Regard





Husni Oesman
Project Manager


Cc :

1.Farah
2.Christiawan
3.Agus Lilik
4.Dirga
5.Sudirman

Puasa - kesempatan menurunkan berat badan

Susah lho nurunin berat badan tanpa usaha yang membutuhkan pengorbanan luar biasa. Pake supplemen diet yang mahal harganya ? Ah, itu hanya temporary saja, not permanent. Ada familiku yang setelah nggak pake itu supplement badannya malah tambah melar. Jalan satu-satunya adalah merubah habit, dan ini sangat tidak mudah apalahgi buat orang-orang yang sudah umur 30 tahun ke atas. Istilahnya udah karatan dah. Mana mau doi yang nggak punya habit olahraga tiba-tiba di suruh olah raga ? Mana tahan doi yang biasanya makan nambah terus diminta setop cukup setengah porsi sehari dua kali.
Intinya program diet itu merupakan siksaan kecuali bagi yang betul-betul bermotivasi kuat, misalnya artist yang pengin tetep langsing atau peragawati yang lebih suka body kerempeng ndlujur keatas. Jarang sekali yang berhasil. Ada sih ada tapi minim. Juga program puasa, sulit lho dijalankan bagi yang nggak habit, apalagi temen2 yang suka dapet undangan makan enak gratis dari Vendor he...he.....Maaf ya kalau ada yang tersinggung..
Nah, puasa Ramadhan ini rasanya sih nggak berat-berat amat karena banyak temannya. Nah, ini kuncinya, banyak teman yang sama juga melakukan. Kalau banyak yang miskin, kemiskinan itu bukan penderitaan lho. Kayaknya ini teorema sifat dasar manusia ya. Susahnya rakyat miskin tapi pak pejabat dan DPR kaya raya jadi menderita banget ya he...he...he....
Mbalik kucing ke persoalan puasa dan diet. Karena terasa ringan inilah, momentum puasa ini jadi sarana diit yang efektif banget gitu. Tapi ya itu asal tahu tricknya aja dan konsisten menjalankannya. Nggak susah kok. Kira-kira begini langkah-langkahnya :
1.Begitu buka, jangan biasakan minum kolak dan yang manis-manis berkalorie tinggi. Kalau mau makan manis cukup 1 - 2 butir kurma. Yang ini emang Sunnah Nabi sih. Biasakan minum aja air putih kira-kira satu liter untuk menetralisir cairan tubuh kita yang tersedot habis.
2.Habis minum jangan langsung sosor tuh makanan. Kacian tuh perut dari istirahat langsung kerja berat. Kebayang nggak sih, dari bangun tidur langsung disuruh sprint, tentu ada resistensi. Bergegaslah ke Masjid ngejar sholat jama'ah Maghrib, wirid dan sholat sunnah ba'diyah. Biasanya Masjid sepi, sebab banyak yang milih sholat di rumah karena kekenyangan. Biasalah, abis terdengar adzan langsung santap habis tuh jamuan.
3.Abis dari Masjid, baru siap-siap tempur nih di meja dahar. Jangan lupa tahan nafsu ya, ambil dikit aja nasi plus lauk pauk sekedarnya. Perbanyak sayur mayur en buah, jangan sampai perut negh ya sebab nanti masih ada jatah tarawihnya lho. Hindari daging-dagingnya dan banyak karbohidrat, kan kita maunya nurunin berat. Lagian, badan juga terasa enteng kalau makannya pas. Yang susah kalau lagi di-undang bukber, gratis dan pasti enaklah, rasanya mulut nih nggak brenti ngunyah terus.
4.Jangan ngemil ya say, efek ngemil sungguh sangat dahsyat. Mending makan agak banyak dikit tapi langsung stop daripada ngemiiiillll terus. Nggak terasa lho, volumenya mungkin sudah 2x porsi makan.
5.Perbanyak minum aqua, khususnya sebelum sahur. Makan sahur juga sekedarnya. Kalau lagi nggak nafsu dan merasa kenyang, nggak usah dipaksain, mending minum aja yang banyak. Soal kalori, kita orang gendut/gemuk masih punya cadangan yang buanyaak kok.

Mereka-reka Inti Agama dan Keagamaan

Sejalan dengan tulisan Budhy Munawar Rachman di Harian Republika, 24 Juni 2000 yang berjudul "Mengembalikan Kerukunan Umat Beragama," artikel Anand Krishna di harian Republika, 3 Agustus 2000 yang berjudul "Inti Agama dan Keagamaan" juga berujung pada satu kesimpulan, yaitu semua agama adalah sama, dan intisarinya adalah "kedamaian." Melihat tulisannya di Republika itu, Anand bisa dikatakan sebagai penganut "semua agama" yang dia katakan "intinya sama."
Dalam Tafsiral-Azhar (Juz VI, him. 323), Hamka menyebut orang semacam ini termasuk kelompok shabi'in, seperti disebutkan dalam AI-Qur'an surah Al-Maa'idah: 69, yang juga dikutip Anand dalam tulisannya. Pandangan Anand dalam soal agama sama dengan pandangan kelompok Teosofi yang dikembangkan Annie Besant dan Madame Balavatsky di India pada awal abad ke-20. Teosofi adalah gerakan yang hendak mempersatukan atau mencari titik temu segala agama yang ada.
Dalam tafsirnya itu, Hamka mencatat, "Mulanya, kelompok ini tidak bermaksud hendak membuat agama baru, melainkan hendak mempertemukan intisari segala agama, memperdalam rasa kerohanian, tetapi akhirnya mereka tinggalkanlah segala agama yang pernah mereka peluk dan tekun dalam Teosofi."
Upaya mempertemukan intisari segala agama itu pernah juga dilakukan oleh Sultan Mongol Jalaluddin Muhammad Akbar dengan membangun agama baru benama Din Ilahi 'Agama Tuhan'. Sultan memerintahkan menyalin Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Persia. Istananya di Agra dipasangi "Api Suci Iran." la pun memerintahkan menghormati sapi dan melarang memakan dagingnya, seperti laiknya ajaran Hindu. Akan tetapi, Sultan juga tekun di dalam ibadahnya di bulan puasa.
Dalam tulisannya di majalah Panji Islam (April-Juni 1940) yang berjudul "Dokter Agama", Mohammad Natsir membuat perumpamaan, "resep" yang diberikan oleh kaum Teosofi itu sebagai "obat sintese", yakni obat campur aduk yang berpendapat bahwa semua agama adalah sama-sama baik. Obat ini antara lain dianjurkan oleh Inayat Khan Cs. "Akhir kesudahannya menghasilkan satu agama gado-gado, Budha tanggung, Islam tidak, Kristen tak tentu. Walaupun bagaimana, hasil dari perawatan dokter yang macam ini bukanlah agama Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW,"tulis Natsir.
Tafsir Ngawur!
Jadi, sejak dulu, paham keagamaan seperti yang disebarkan oleh Anand Krishna itu sudah menjadi persoalan di tubuh kaum muslim. Akan tetapi, pendapat Anand Krishna ini lebih tinggi tingkat "kengawurannya" karena ia menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an untuk menjustifikasi pendapatnya. Misalnya, "tafsir" Anand terhadap surah Al-Maa'idah: 69, "Sesungguhnya, orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabi-in, dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Ayat itu dijadikan landasan oleh Anand untuk menyatakan bahwa Tuhan orang Kristen, orang Hindu, orang Yahudi, orang Budha, orang Shabi-in adalah sama. Kata Anand, "Orang yang masih menganggap Tuhan orang Kristen beda dengan orang lslam - Tuhan orang Hindu beda dari Tuhan orang Budhis, Tuhan Shabi'in beda dari Tuhan Yahudi - harus membaca ulang AI-Qur'an. Jika masihmelihat perbedaan semacam itu, kita belum 'khatam' AI-Qur'an. Belum, pelajaran kita belum selesai."
Luar biasa dan berani kesimpulan Anand ini. Entah sudah berapa kali ia khatam AI-Qur'an dan entah sudah berapa tafsir yang yang ia tekuni. Faktanya, para mufassir terkenal jauh bertolak belakang pemahamannya dengan Anand. AI-Qur'an surah Al-Maa'idah: 69 bukanlah ayat untuk menjustifikasi "kebenaran" semua agama. Mengutip pendapat para mufassir ternama, Hamka menyimpulkan bahwa surah Al-Maa'idah: 69 itu bermakna bahwa dan kelompok agama mana pun, jika mereka benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kiamat dan mengerjakan amal saleh, mereka akan selamat.
Surah Al-Maa'idah: 69 itu hampir sama bunyinya dengan surah Al-Baqarah: 62, "Sesungguhnya, orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang shabi-in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula)mereka bersedih hati."
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (jilid I, hlm. 148) menyebutkan bahwa turunnya surah Al-Baqarah: 62 itu berkenaan dengan dialog antara Salman Al-Farisi dan Nabi Muhammad SAW. Salman bertanya kepada Nabi tentang nasib orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tetap berpegang teguh kepada Injil dan Taurat sebelum diubah dan mereka juga beriman terhadap kedatangan seorang nabi di akhir zaman (Muhammad), narnun sudah meninggal sebelum datangnya Muhammad SAW. Menurut lbnu Abbas, setelah turunnya ayat tersebut, Allah segera menurunkan ayat 85 dari surah Ali lmran, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat nanti termasuk orang-orangyang merugi."
Jadi, surah Al-Maa'idah: 69 itu sama sekali tidak berhubungan dengan justifikasi kebenaran semua agama. "Kengawuran" Anand Krishna lebih terlihat lagi dari caranya mempreteli ayat-ayat Al-Qur'an dan menafsirkan Islam seenaknya sendiri. Dalam Islam, arti "iman kepada Allah" tidaklah dapat dilepaskan dari "iman kepada Rasul-Nya (Muhamamad SAW)." Karena itulah, syahadat Islam adalah Laa ilaaha illa Allah, Muhammadur rasulullah. Syahadat Islam bukan hanya laa ilaaha illa Allah seperti berulang-ulang dikutip Anand. Bahkan, seorang baru dikatakan beriman jika ia telah menjadikan bukum-hukum Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW sebagai solusi konflik bagi urusan mereka (surah An-Nisaa': 65). Kenabian Muhammad inilah yang ditolak keras oleh kelompok Yahudi dan Nasrani.
Jadi, inti sari iman bukanlah seperti yang disebutkan oleh Anand, yakni cukup beriman kepada adanya "Tuhan." Jika beriman kepada adanya Tuhan, tidak perlu Muhammad diutus kepada umat manusia sebab kaum Jahiliah waktu itu pun sudah mengakui adanyaTuhan. Iblis pun mengakui adanya Tuhan (surah Al-'Ankabuut: 61,63, Luqman: 25, az-Zurnai" 38, az-Zukhruf: 9).
Misi yang dibawa oleh para nabi adalah misi tauhid (An-Nahl: 36). Sebagai nabi terakhir, misi Muhammad SAW begitu jelas, yaitu menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (An-Anbiyaa': 107). Meskipun salah satu arti kata Islam adalah damai, tetapi Muhammad SAW bukan hanya mengajarkan meditasi. Muhammad SAW juga tidak membiarkan umat manusia untuk memeluk agama apa pun. Dalam suratnya kepada Heraklius, seorang raja pemeluk Nasrani, Nabi SAW menegaskan, "Dengan ini, saya mengajak Tuan untuk menuruti ajaran Islam. Terimalah ajaran Islam, Tuan akan selamat." Dalam teks aslinya, surat Nabi itu dengan redaksi, "Aslim, taslam 'Masuk Islamlah maka Anda akan selamat!"
Muhammad SAW memang pernah berdiri saat jenazah seorang Yahudi lewat di hadapannya. Jika menyembelih domba, beliau pun selalu memprioritaskan kepada tetangganya yang seorang Yahudi. Beliau sangat hormat kepada kaum Yahudi dan kaum yang beragama lain, seperti tercermin dalam Piagam Madinah. Akan tetapi, saat kaum Yahudi berkhianat, Muhammad SAW bertindak tegas. Yahudi Bani Nadzir dan Bani Qainuqa, termasuk wanita dan anak-anak, diusir dari Madinah, sedangkan Yahudi Bani Quraidzah dihukum lebih keras, seluruh laki-laki dewasa kelompok Yahudi ini dijatuhi humuman mati. Nabi SAW juga melarang mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Dan semua itu, jelas bahwa antara Islam, Yahudi, dan Nasrani memang berbeda. Tidak sama.
Islam sangat menjunjung tinggi perdamaian, tetapi Islam lebih menjunjung tinggi kebenaran. Islam sangat menghargai pluralitas dan perbedaan, tetapi Islam sadar benar bahwa banyak musuh perdamaian yang terus berkeliaran. Karena itulah, Nabi SAW membentuk tentara yang kuat dan mengajarkan bahwa jika kaum muslim diprovokasi, diserang, apalagi dibunuhi, diizinkan bagi mereka untuk memberikan perlawanan (Al-Baqarah: 190-191). AI-Qur'an juga mengajarkan bahwa di samping harus dapat bersikap lembut, kaum muslim juga harus dapat bersikap tegas/keras terhadap kekufuran (Al-Fat-h: 29).
Tuahn Sama?
Apakah Tuhannya orang-orang Yahudi, Nasrani, Islam, Budha, Hindu, Gatholoco, Darmogandul, Baha'i, Konghuchu, dan sebagainya itu sama? Secara sekilas, dapat diketahui bahwa masing-masing agama memiliki konsep ketuhanan yang sangat berbeda. Orang Kristen mengenal konsep Trinitas. Tuhannya orang Kristen mempunyai anak. Dalam Matius 3:17 disebutkan, "Maka, suatu suara dari langit mengatakan, "Inilah anakku yang kukasihi. Kepadanya Aku berkenan." Dalam Kongres di Nicaea tahun 325 muncul dua aliran: (1) aliran Anus, yang mengatakan bahwa Tuhan Anak (Tuhan Yesus) diciptakan oleh Tuhan Bapak, dan (2) aliran Athanasius, yang menyatakan bahwa Tuhan Bapak dan Tuhan Anak adalah zat yang sama.
Adapun orang Islam meyakini Isa a.s. adalah seorang rasul, bukan Tuhan. Bahkan, AI-Qur'an mengecam keras keyakinan kaum Kristen itu, "Sesungguhnya, telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya, Allah ialah Almasih putra Maryam.'.... Sesungguhnya, kafirlah orang-orang yang mengatakan, 'Bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga,'...." (Al-Maa'idah: 72-73)
Belum lagi perbedaan konsepsi teologis antara agama samawi dan agama non samawi, seperti agama Hindu. Semenjak abad ke-3 SM sampai sekarang, orang Hindu percaya kepada tiga dewa (Brahma, Wisnu, Siwa). Brahma yang mencipta alam ini, Wisnu yang memelihara, dan Siwa yang merusak.
Karena sudah terjadi pemusyrikan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itulah, Muhammad diutus sebagai nabi akhir zaman untuk seluruh manusia dengan membawa konsep tauhid. Orang yang mengikuti Muhammad akan selamat. Jadi, yang selamat bukan yang mengikuti agama Anand Krishna.
Heboh Buku Anand Krishna
Pada bulan September 2000, media massa di Indonesia banyak mengungkap masalah Anand Krishna. Mulanya adalah laporan utama sejumlah media Islam-seperti Media Dakwah yang mengangkat buku-buku Anand Krishna sebagai laporan utamanya. Pada bulan itu juga, PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) menyatakan menarik buku-buku Anand Krishna dari peredaran. Tindakan GPU ini kemudian memancing berbagai reaksi keras dari berbagai kalangan. Jadilah soal buku Anand Krishna sebagai isu-isu utama di sejumlah media massa.
Sebenarnya, buku-buku Anand Krishna pada kenyataannya kurang bermutu, banyak hujatan, dan berupa khayalan, tetapi buku-buku itu sempat menjadi isu besar di Indonesia karena dipromosikan besar-besaran oleh PT Gramedia Pustaka Utama (GPU). Karena berasumsi (berkhayal) bahwa semua agama itu sama, Anand pun menutup mata untuk melihat perbedaan di antara kitab-kitab suci agama-agama. Menurut dia, "wahyu" adalah getaran-getaran Ilahi. Jika ditangkap oleh Nabi Muhammad yang berbahasa Arab, lahirlah AI-Qur'an dalam bahasa Arab. Jika yang menangkap adalah Lao Tze, lahirlah Tao The Ching dalam bahasa Cina karena penangkapnya berbahasa Cina. Jika ditangkap oleh para resi di tepi sungai Sindhu, lahirlah Veda dalam bahasa Sanskerta.
Pendapat Anand tentang "wahyu" itu juga lebih merupakan "khayalan" daripada pendapat ilmiah. Wahyu yang diterima oleh Muhammad SAW sering kali dibacakan oleh Jibril dan Muhammad mendengarnya lalu memerintahkan pencatatannya. Di samping itu, saat turunnya surat pertama, Al-'Alaq, Jibril meminta Muhammad menirukan ucapannya.
Cerita-cerita khayalan setidaknya dikutip tanpa sumber referensi yang jelas-begitu banyak bertebaran dalam buku-buku Anand Krishna. Entah mengapa, sebagai penerbit terkernuka, PT GPU dengan beraninya menyebut buku-buku Anand sebagai buku-buku bermutu dan memasang promosi besar-besaran. Pada sampul bagian belakang buku Surah Al-Fatihah bagi Orang Modern tercantum promosi GPU, "Jadikan karya Anand Krishna sebagai teman hidup Anda." Buku Renungan Harian Penunjang Meditasi dilengkapi dengan promosi, "Lengkapi Koleksi Anda dengan Buku Bermutu Buah Karya Anand Krishna."
Dalam sejumlah bukunya yang lain, GPU tidak hanya mempromosikan buku-buku (pemikiran Anand), tetapi sudah memuja Anand Krishna bagai seorang "Juru Selamat." Mungkin, Yesus saja tidak dipuji setinggi itu oleh GPU. Simaklah pujian GPU berikut ini. "Bertemu muka dengannya, Anda beruntung. Kalaupun tidak, karya-karyanya akan menjadi teman hidup Anda."
Buku-buku Anand Krishna terbitan GPU itu memang lebih merupakan buku propaganda ketimbang mengembangkan wacana yang sehat. Lagi pula, di akhir sejumlah buku, dimuat juga pengumuman kegiatan Anand Ashram lengkap dengan nama jalan dan nomornya, nomor telepon/fax, HP, e-mail, serta homepage. Pemujaan GPU terhadap Anand Krishna juga terlihat pada daftar buku terbitan Gramedia yang direkomendasikan oleh Anand Krishna, seperti sejumlah karya Krishnamurti, Anthony de Mello, Deepak Chopra, James Redfield, Pearl S. Buck, Denys Lombard, Pandir Kelana, dan Lobsang Rampa. Jadi, selain penulis, Anand Krishna juga penjamin buku-buku bermutu, padahal banyak bukunya sendiri yang tidak bermutu dan sulit dipertanggungjawabkan validitas keilmiahannya.
Cobalah telaah dengan saksama, dengan pikiran yang jernih, dan hati yang lapang, berbagai cerita khayal yang diungkap oleh Anand Krishna dalam berbagai bukunya. Celakanya, cerita-cerita itu sering ia ungkapkan dengan nada sinis untuk menghina Islam dan umatnya. Simaklah cerita tentang seorang pemeluk agama fanatik yang membakar Perpustakaan Agung di Mesir sebagaimana dia ungkap dalam buku Telaga Pencerahan di Tengah Gurun Kehidupan-Apresiasi Spiritual terhadap Taurat, lnjil dan AI-Qur'an."
"Seorang fanafik semoga Tuhan memaafkan Dia-memegang "Kitab Suci" di satu tangan dan pedang di tangannya yang lain. Ia menanyakan kepada pengurus perpustakaan itu, 'Katakan, pengetahuan yang ada dalam buku-buku itu, apakah tidak ada dalam Kitab Suci ini?' Sang pengurus perpustakaan tidak memiliki pilihan. Apabila ia mengatakan tidak ada, jelas ia akan dianggap 'murtad dan dibunuh. la harus mengatakan, Tuan benar, pengetahuan yang ada dalam buku-buku di sini terdapat juga dalam kitab suci.' la lolos dari pembunuhan, ia tidak jadi dibunuh. Tetapi, Perpustakaan Agung dibakar. Logika si fanatik itu sederhana sekali, 'Apabila semuanya ada dalam satu kitab suci ini, apa gunanya perpustakaan itu?"
Bagi kaum muslim, "pembakaran sebuah perpustakaan" adalah peristiwa luar biasa. Sejarah kebudayaan Islam dikenal sangat menghargai tingginya ilmu pengetahuan. Di mana Islam berpijak, di situ tradisi keilmuan berkembang pesat. Akan tetapi, Anand Krishna sama sekali tidak menyebut sumber cerita penting tersebut. Kapan dan siapa yang melakukan pembakaran perpustakaan tersebut sehingga tidak jelas apakah cerita itu benar-benar ada atau cerita khayalan, seperti yang sering ditampilkan oleh Raja Sinetron Raam Punjabi.
Saat memberikan tafsir bagi surat Al-Fatihah-dengan kedok "apresiasi spiritual'-Anand Krishna juga dengan seenaknya sendiri membuat cerita khayal. Berikut ini penggalan cerita khayal tentang guru agama yang masuk neraka dan pelacur yang masuk sorga seperti dimuat dalam buku Surah Al-Fatihah bagi Orang Modern."
Beberapa hari kemudian, sang guru yang memang sudah tua itu meninggal dunia. la didatangi oleh Malaikat Neraka berseragam hitam. Roh sang guru berang, 'Eh Kalian salah. Yang menjemput saya seharusnya Malaikat Sorga. Mereka berseragam putih. Demikianlah yang saya baca dalam buku-buku suci selama ini....
Malaikat Neraka melihat ke bawah-benar juga, memang jasad sang guru dihormati. la pun berpikir kembali, mungkin dia salah, mungkin terjadi kesalahan teknis. Sambil mengeluarkan telepon genggamnya, Malaikat Neraka memohon kesabaran kliennya itu.
Ternyata tidak salah, 'Memang kau harus ke neraka.' Setelah berbicara dengan Manajer Perusahaan Tak Terbatas yang memberikan tugas itu kepadanya, Malaikat Neraka menjelaskan kepada roh sang guru.
Wah ini kolusi, korupsi, di neraka dan sorga pun rupanya ada sistem nepotisme, harus ada reformasi. Tunggu dulu, kalau saya ke sana-saya akan lakukan reformasi besar-besaran. Dan kau, Malaikat Neraka, kau sudah bisa menghitung hari-harimu. Sebentar lagi akan dipecat. Saya akan melaporkan kesalahanmu ini kepada Tuhan roh sang guru sudah tidak dapat menahan diri lagi.
Sebenarnya, Malaikat Neraka pun sudah bingung. Di mana letak kesalahannya? Sementara roh sang guru masih mencaci maki dia, tiba-tiba, 'Eh itu apa lagi lihat di sana itu ada Malaikat Sorga yang berseragam putih. Sedang kemana dia?' roh sang guru melihat Malaikat Sorga dan kejauhan. 'Panggil dia-dia pasti sedang menjemput saya. Coba lihat surat perintahnya.'
Malaikat Neraka menggunakan telepon genggamnya untuk menghubungi Malaikat Sorga, 'Kawan, kau mau ke mana?' 'Ah, kawan, aku sedang menjemput seorang wanita, nih.' Wanita yang mana?'Wanita tuna susila.'
Tidak salahkah kau, sahabatku? Rupanya surat perintah kita tertukar. Saya justru disuruh menjemput seorang guru agama. Dia lagi marah-marah. Tinggalnya di mana wanita itu.'
Wah harus dicek lagi, nih, rupanya salah. Wanita itu tinggal persis di depan rumah guru agama, yang rohnya kau jemput itu.'
'Kalau begitu, ya, kau jemput saja wanita itu dan kita bertemu di Lobby Wisma Sorga-Neraka. Saya juga ke sana dengan roh guru yang saya jemput. Nanti, kita cek di komputer.'
'Lihat itu, betul kan, kalian sudah tidak becus mengurus semuanya ini. Sudah terlalu lama menjadi malaikat tidak terjadi pembaruan. Harus dilakukan reformasi. Tunggu saja kalian, nanti kalau murid-murid saya mati-saya akan ajak roh-roh mereka berdemonstrasi. Kalian harus mengundurkan diri, lengser keprabon. Salah melulu-salah melulu."
Sebenarnya, itulah cara Anand Krishna meledek guru agama (kiai), malaikat, sorga, dan neraka. Malaikat, sorga, dan neraka begitu sakral dan menempati posisi pokok dalam rukun iman bagi kaum muslim. Begitu beraninya Anand Krishna mempermainkan keimanan kaum muslim. Cerita itu jelas khayalan dan merupakan pelecehan terhadap Islam. Gaya Anand Krishna seperti ini memang mirip dengan gaya Salman Rushdi (melalui novelnya The Satanic Verses) yang telah memancing reaksi keras kaum muslim internasional.
Antara Anand, Darmogandul, Gatholoco, dan Rushdie
Novel The Sataniv Verses 'Ayat-Ayat Setan' diterbitkan pada 26 November 1988 di Inggris oleh Viking Penguin. Sejak terbitnya, novel yang dirancang sebagai penghujatan terhadap Islam itu telah memicu protes luas kaum muslim. Lima orang meninggal di Pakistan dan satu orang di Kashmir pada Februari 1989. Bulan berikutnya, pemimpin masyarakat Islam Belgia dan asistennya ditembak mati. Selanjutnya, pada Juni 1991, penerjemah bahasa Jepang dari novel tersebut dibunuh di Tokyo.
Mohammad Hasyim Kamali dalam bukunya, Freedom of Expression in Islam (1994)-diindonesiakan oleh Eva Y. Nukman dan Fathiyah Basri dengan judul Kebebasan Berpendapat dalam Islam (1996) menyebutkan bahwa The Satanic Verses memang mencemooh dan menfitnah Rasulullah, istri-istri Nabi, dan para sahabat terkemuka. Buku tersebut juga memuat pernyataan yang "melecehkan Kitab Suci AI-Qur'an dan beberapa nilai pokok serta prinsip-prinsip keimanan dalam Islam."
Rushdie, misalnya, menggambarkan AI-Qur'an sebagai "kumpulan peraturan sepele tentang segala hal yang tak berguna" (hlm. 363). Nabi lbrahim disebutnya sebagai "bajingan" dan Nabi Muhammad disebutnya sebagai "Mahound." Para sahabat, seperti Bilal, Khalid bin Walid, dan Salman Al-Farisi disebutnya sebagai "trio-sampah" dan "kumpulan orang jembel." Rushdie berdalih bahwa novelnya itu hanya cerita fiksi. Karenanya, tidak perlu dipersoalkan kebenaran dan kepalsuannya. la mendasarkan cerita- nya pada mimpi-mimpi, meskipun pada Januari 1989, Rushdie sudah menyatakan bahwa hampir semua bagian dan novel itu berangkat dari landasan historis atau quasi-historis.
Pada 14 Februari 1989, Ayatullah Khomeini mengeluarkan fatwa yang menyatakan, "Pengarang buku The Satanic Verses yang melecehkan Islam, Rasulullah, dan AI-Qur'an, semua pihak yang terlibat dalam publikasinya yang sadar akan isi buku tersebut, harus dihukum mati." Untuk ini, Khomeini menambahkan, "Saya meminta kaum muslim di seluruh dunia untuk segera mengeksekusi penulis tersebut dan penerbitnya, di mana pun mereka menemukannya, sehingga tak seorang pun di masa yang akan datang akan berani melecehkan Islam lagi. Barang siapa yang terbunuh dalam jalan ini akan dianggap sebagai syahid, dengan izin Allah."
Pada 19 Februari 1989, Khomeini mengeluarkan pernyataan lain, "Walaupun Salman Rushdie bertobat dan menjadi orang yang saleh, wajib bagi tiap muslim untuk menggunakan segala yang dimilikinya, nyawa dan hartanya, untuk mengirimnya ke neraka."
Dalam suatu pertemuan yang diadakan di Mekah pada 10-26 Februari 1989, Akademi Hukum Islam Al Rabithah Alam Islami mengeluarkan pernyataan tentang Salman Rushdie, yang antara lain menyatakan: (1) Salman Rushdie dinyatakan sebagai orang murtad, (2) dan agar Rushdie diadili secara in-absentia di negara Islam di bawah aturan syariah.
Itulah Salman Rushdie. Lain lagi dengan Darmogandul. Kitab Darmogandul juga memuat sejumlah "tafsir" tentang AI-Qur'an dengan seenaknya sendiri. Zalikal diartikan sebagai "jika tidur, kemaluan bangkit. Kitabu la diartikan sebagai kemaluan laki-laki masuk dengan tergesa-gesa ke dalam kemaluan perempuan'. Raiba fiihi hudan diartikan dengan 'perempuan telanjang. Selanjutnya, penulis Darmogandul berkata, "Itu adalah bahasa Arab yang sampai ke tanah Jawa. Aku tafsirkan menurut interpretasi Jawa agar artinya dapat dipahami. Arti bahasa Arab tersebut di Pulau Jawa, aku kiaskan dengan mata kebatinan sehingga jadi seperti yang tersebut di atas."
Dalam kitab Gatholoco juga disebutkan, "Pedoman hidupku adalah bahrul-kolbi, yakni lautan hati, yang luas lagi dalam." Dua kalimah syahadat. Asyhadu anlaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah diartikan oleh Gatholoco sebagai, "Aku menyaksikan bahwa hidupku dan cahaya Tuhan dan serta rasa Nabi adalah karena persetubuhan bapak dan ibu. Karena itu, saya juga ingin melakukan (bersetubuh) itu.
Mungkin, belajar dari ketiga pendahulunya tersebut, Anand Krishna "bermain" lebih halus. Cara Anand Krishna dalam melecehkan AI-Qur'an, Nabi Muhammad SAW, syariat Islam, malaikat, dan pokok-pokok ajaran Islam jauh lebih canggih. Yang dia ungkapkan secara terbuka adalah kebenciannya terhadap syariat Islam, simbol-simbol Islam, dan pelecehannya terhadap malaikat serta kaum muslimah.
Walaupun demikian, pada dasarnya, tidak ada perbedaan yang mendasar antara Salman Rushdie, penulis kitab Darmogandul dan Gatholoco, dan Anand Krishna. Tujuan mereka sama, merusak dan menghancurkan Islam. Justru, pada sisi lain, gaya Anand yang manipulatif-berkedok gerakan sufi, meditasi, dan pengobatan-jauh lebih berbahaya sebab banyak yang tertipu dan terkibuli.
Sumber: Penyesatan Opini, Adian Husaini, M.A.
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Pokok-pokok Penyimpangan Ajaran Syi'ah

Jika kita mendengar ada seorang pejabat bertugas di luar negeri selama satu bulan misalnya. Kemudian ia mencari wanita untuk dinikahi selama waktu itu, dan diceraikannya ketika kembali, maka kejadian itu tidaklah mengherankan karena sudah menjadi rahasia umum bahwa laki-laki banyak yang suka jajan di luar. Yang mengherankan adalah jika ada seorang ulama yang melakukan demikian. Inilah yang banyak terjadi di kalangan tokoh agama aliran ini. Inilah yang disebut dengan nikah mut'ah, yaitu nikah kontrak. Nikah mut'ah telah diharamkan oelh Rasulullah SAW untuk selamanya. Tetapi aliran yang satu ini berkeyakinan lain.

MUKADIMAH
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada cahaya iman, Dien yang lurus yaitu agama Islam melalui hamba pilihan-Nya Muhammad SAW. Dan yang telah meneguhkan hati para hambanya yang teguh dalam memegang aqidah yang lurus. Shalawat dan salam teriring kepada teladan kita Rasulullah Muhammad SAW, Nabi yang terakhir, juga kepada para keluarga dan para sahabatnya serta kaum Muslimin/muslimat yang teguh mengikuti ajaran dan aqidahnya sampai akhir jaman, amin.
Berkembangnya gerakan (harakah) aliran-aliran sempelan di Indonesia yang telah tersebar luas di penjuru tanah air, sudah sangat meresahkan masyarakat. Pengaruh ajarannya telah dapat mengubah gaya dan cara hidup (way of life) bagi pengikutnya. Gerakan mereka sangat halus dan pintar sehingga tidak semua orang dapat mengetahui, terlebih memahami bahwa pemahamannya bertentangan dengan pemahaman para ulama generasi salaf, yang merupakan generasi sebaik-baik ummat. Hanya dengan petunjuk, taufik dan hidayah Allah SWT, kita dapat menempuh jalan yang lurus.
Isyarat munculnya berbagai penyimpangan dan munculnya aliran-aliran menyesatkan telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, "Akan keluar suatu kaum akhir jaman, orang-orang muda berfaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan "Khairil Bariyah"(maksudnya: mengucapkan firman-firman Tuhan yang dibawa oleh Nabi). Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka." (Hadits Sahih riwayat Imam Bukhari).
"Dari Ibnu 'Abbas r.a. berkata Rasulullah SAW. pernah bersabda, "Sesungguhnya di masa kemudian aku akan ada peperangan di antara orang-orang yang beriman." Seorang sahabat bertanya: "Mengapa kita (orang-orang yang beriman) memerangi orang yang beriman, yang mereka itu sama berkata: 'Kami telah beriman'." Rasulullah SAW. bersabda: "Ya, karena mengada-adakan di dalam agama, apabila mereka mengerjakan agama dengan pendapat fikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada pendapat fikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya." (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kita, bahwa di masa kemudian akan ada peperangan (baik perang mulut, perang pemikiran maupun perang fisik) yang terjadi di kalangan orang-orang yang beriman. Hal ini karena di antara ummat ini sebagiannya ada yang mengadakan dan mengikuti bid'ah yang sebelumnya dalam agama tidak diajarkan. Dari sinilah terjadinya perbedaan-perbedaan dalam satu agama. Akan tetapi tidak semua perbedaan-perbedaan itu dilarang dalam agama. Perbedaan dalam Islam dibolehkan dalam hal yang bersifat cabang atau (furu'), yaitu masalah-masalah fiqiyah yang rumit-rumit, dimana terjadi perbedaan penafsiran di kalangan para ulama. Adapun perbedaan yang dilarang adalah perbedaan dalam hal pokok (ushul), yaitu perbedaan dalam memahami masalah-masalah aqidah pada umumnya, serta pemahaman masalah hukum-hukum Islam yang telah jelas, dan menjadi kesepakatan para ulama (jumhur ulama).
Perbedaan pendapat di dalam Islam dapat dipahami dengan mudah seperti contoh yang kami berikan berikut ini:Secara umum perbedaan pendapat di dalam Islam ada dua macam, yaitu:
Perbedaan pendapat yang dapat mengakibatkan perpecahan, yaitu perbedaan dalam hal ushul (masalah pokok, yaitu masalah aqidah).
Perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan, yaitu perbedaan dalam hal furu' (masalah cabang, yaitu masalah fiqiyah).
Contoh dari perbedaan pendapat yang dapat mengakibatkan perpecahan.
Misalnya keyakinan tentang AL-QUR'AN. Bahwa ajaran yang benar seperti yang diberitakan dari Rasulullah SAW, juga yang dipahami oleh para sahabat, ulama salaf dan yang mengikutinya, adalah bahwa Al-Qur'an itu kalamullah, dan bukan makhluk. Jadi jika ada yang berkeyakinan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk, maka itu adalah keyakinan yang menyimpang.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SIAPAKAH NABI DAN RASUL TERAKHIR. Bahwa jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan rasul. Jika ada yang berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ada nabi lagi seperti misalnya golongan AHMADIYAH mengakui Mirza Ghulam Ahmad dari India adalah sebagai nabinya, maka itu adalah keyakinan yang menyimpang dan jelas golongan yang sesat.
Misalnya lagi, keyakinan tentang MENGHUKUMI KAFIR TERHADAP ORANG LAIN. Bahwa jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa orang kafir yang akan kekal di dalam neraka adalah orang yang tidak meyakini (dengan hati, lisan, perbuatan) akan LAA ILAAHAILLALOOH dan yang murtad keluar dari Islam. Maka jika ada golongan yang mengatakan orang Islam lain, yang tidak bergabung dalam jama'ahnya adalah kafir, seperti keyakinan jama'ah LDII dan yang sejenisnya, maka itulah keyakinan yang menyimpang dan sesat.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SHALAT WAJIB LIMA WAKTU. Keyakinan yang benar adalah bahwa shalat lima waktu hukumnya adalah wajib, setelah syareat ini disampaikan oleh Allah kepada Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Jika ada aliran yang menyatakan bahwa shalat lima waktu untuk saat ini tidak wajib, dengan berbagai alasan, seperti aliran Al-ZAYTUN yang pesantrennya sangat megah di Indramayu itu, maka aliran itu sudah pasti adalah aliran sesat.Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya.
Contoh perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan.
Misalnya tentang masalah ADZAN DALAM KHUTBAH JUM'AT. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam dimana pada saat mendirikan shalat Jum'at ada yang adzannya hanya sekali ada yang dua kali. Ini adalah perbedaan pendapat karena historis dan interpretasi yang berbeda. Maka dalam perbedaan semacam ini , tidak bisa yang satu terhadap yang lainnya menyatakan aliran sesat. Inilah yang dimaksud perbedaan pendapat yang tidak dilarang.Misalnya lagi tentang masalah JUMLAH REKAAT DALAM SHALAT TARAWIH. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam dimana pada saat mendirikan shalat Tarawih ada yang 11 rekaat, ada yang 23 rekaat. Ini juga perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan. Jadi kelompok yang satu tidak bisa menyatakan sesat terhadap kelompok yang lainnya.Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya. Inilah, salah satu contoh sederhana yang kami terangkan yang mungkin dapat memudahkan memahami perbedaan pendapat di dalam Islam. Dalam hal perbedaan pendapat yang terakhir kami sebutkan, yaitu perbedaan pendapat dalam hal furu' (cabang), maka salah satu pihak tidak dibenarkan mengklaim bahwa hanya pendapatnya sendirilah yang benar dan yang lain dianggap salah atau menyatakan sesat kepada pihak lain yang berbeda pemahaman, terlebih lagi menuduh pendapat lain sebagai kafir. Sedangkan pada perbedaan pendapat pada hal yang ushul (pokok), maka dibenarkan untuk menyatakan bahwa pendapat dari firqah yang lain yang bertentangan dengan kalangan Ahli Sunnah wal Jama'ah adalah pendapat yang menyesatkan dan bahkan dapat menjurus kepada kafir.
Ijtihad ulama dalam masalah hukum itu seperti ijtihadnya orang yang mencari arah Ka'bah. Bila empat orang shalat dan setiap orang menghadap ke suatu arah yang ia yakini sebagai arah kiblat, maka shalat keempat orang itu sah dan benar. Sedangkan yang shalat menghadap Ka'bah dengan tepat hanya satu dan dialah yang mendapatkan dua pahala. (Demikian, pernah dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
Sedangkan perbedaan seseorang di dalam menempuh jalan yang benar, beragama dengan aqidah yang lurus diibaratkan sebagai orang yang mencari Ka'bah di hamparan bumi yang datar. Keempat orang yang shalat dengan menghadap kepada arahnya masing-masing, meyakini arahnya benar menuju Ka'bah, maka yang jalannya menuju kearah yang benar hanya satu, dialah yang akan menemukan Ka'bahnya. Sedangkan yang lainnya masing-masing yang satu berlawanan dan yang dua menyimpang, maka mereka tidak akan menemukannya.
Demikian halnya dengan aliran pemahaman yang telah benar-benar jauh menyimpang dalam hal-hal prinsip; berdasarkan kesepakatan di kalangan Ahli Sunnah wal Jama'ah, maka ini termasuk kedalam golongan atau firqah sempalan. Aliran sempalan tersebut sekarang telah banyak bermunculan di seluruh penjuru dunia, dari Timur sampai ke Barat, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dapat dilihat dalam banyak kelompok/aliran, seperti: Ahmadiah dari India, Jamus (Jama'ah Muslimin) dari Cilengsi Bogor, LK (Lembaga Karasulan), Isa Bugis, Syi'ah, kemudian LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia) dan masih banyak lagi aliran-aliran yang menyimpang. Di dalam aliran kelompok sempalan seperti ini banyak dijumpai pemahaman agama yang menyimpang karena mereka memahami agama dengan sekehendak para pimpinan atau para pendiri-pendirinya, dengan cara mengambil dalil-dalil yang sesuai dan diartikan sekehendak mereka. Mereka mempelajari ilmu tidak melalui jalur-jalur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bahkan diantara mereka terdapat aliran yang mengharamkan mempelajari ilmu di luar alirannya. Mereka benar-benar memiliki cara atau teknik yang dapat menjaring orang-orang awam dan dengan rapi dapat pula membungkamnya melalui dogma-dogma yang diajarkannya.
Maka telah kita ketahui bersama, datangnya jaman penuh dengan fitnah, yaitu merajalelanya aliran-aliran sempalan yang merupakan firqah baru dalam jama'ah kaum muslimin. Oleh karena itu kami mengajak kepada diri kami dan juga kepada kaum Muslimin sekalian, tetaplah berpegang teguh dengan keimanan dan prinsip aqidah yang lurus dan benar mengikuti jejak ulama yang lurus sesuai pemahaman generasi slafus solih yang mengikuti sunnah Rasul dan menetapi kewajiban bertakwa kepada Allah SWT.
Lantas bagaimanakah seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim, yang mengaku mengikuti sunnah Rasulullah SAW?
Firman Allah SWT, "...dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)." (Q. S. Al-An'aam: 153). Seorang tokoh tabi'in dan ahli tafsir, Abu Al-Hajjaj Mujahid bin Jabar Al-Makki, berkata, "Jalan-jalan yang dimaksud dalam firman Allah tersebut adalah jalan-jalan bid'ah dan syubhat."
"Dari Al-Irbadh bin Suriyah r.a. berkata: Rasulullah SAW. pernah bersabda, "Saya berpesan kepada kamu sekalian, hendaklah kamu takut kepada Allah dan mendengarkan serta patuh, sekalipun kepada bangsa Habsy, karena sesungguhnya orang yang hidup antara kamu sekalian di kemudian aku, maka akan melihat perselisihan yang banyak; maka dari itu hendaklah kamu sekalian berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khulafah yang menetapi petunjuk yang benar; hendaklah kamu pegang teguh akan dia dan kamu gigitlah dengan geraham-geraham gigi, dan kamu jauhilah akan perkara-perkara yang baru diada-adakan, karena sesungguhnya semua perkara yang baru diadakan itu bid'ah, dan semua bid'ah itu sesat."(Hadits riwayat Ahmad)
Allah SWT berfirman, "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian." (Q. S. An-Nisaa': 59)
Dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah kepada suatu ummat sebelumku, melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yang menjadi pengikut dan sahabatnya, yang mengamalkan Sunnahnya dan menaati perintahnya. (Dalam riwayat lain dikatakan, "Mereka mengikuti petunjuknya dan menjalankan Sunnahnya.") "Kemudian setelah terjadi kebusukan, dimana mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Maka orang-orang yang memerangi mereka dengan lidahnya, niscaya dia termasuk orang-orang yang beriman. Demikian juga dengan orang yang memerangi mereka dengan hatinya, niscaya dia termasuk orang yang beriman. Selain itu, maka tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun." (HR. Imam Muslim)
Nabi SAW telah bersabda, "Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bid'ah sesudah aku (Rasulullah SAW) tiada, maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bid'ah mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat." (HR. Ath-Thahawi)
Kita telah diajarkan untuk tidak berlemah lembut kepada kelompok aliran yang menyimpang dan menyesatkan, dan jika ingin mencari keutamaan, maka berdakwahlah dengan menjelaskan penyimpangan ajarnnya agar orang-orang mengetahuinya.
Sesungguhnya setiap muslim memang harus memprioritaskan husnudhan (prasangka baik) kepada sesama muslim, dan juga di dalam mensifati orang lain harus adil. Tetapi tidaklah semua keadaan disikapi demikian, ada keadaan perkecualian, sebagai contohnya adalah seperti kisah sbb:"Dikatakan kepada Nabi SAW: "Ya Rasulullah, sesungguhnya fulanah menegakkan shalat lail, berpuasa di siang harinya, beramal dan bersedekah (tetapi) ia menyakiti tetangganya dengan lisannya." Bersabda Rasulullah SAW: "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka." Berkata (perawi): "Sedangkan fulanah (yang lain) melakukan shalat maktubah dan bersedekah dengan benaja kecil (tetapi) dia tidak menyakiti seseorang pun." Maka bersabda Rasulullah SAW: "Dia termasuk ahli surga." (Silsilah Hadits As-Shahihah, no. 190).
Dalam hal ini kata-kata Nabi "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka", padahal orang yang dikatakannya adalah orang yang rajin mengerjakan syareat. Kemudian pernyataan Nabi SAW terhadap perbuatan orang yang kedua yang hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya. Kemudian, Allah SWT juga mengisahkan Abu Lahab dan isterinya dengan lima ayat dalam Al-Qur'an, yang isinya kejelekan semuanya, padahal keduanya (sedikit atau banyak) juga mempunyai kebaikan, bahkan Abu Lahab termasuk tokoh yang dihormati dan disegani di kalangan Quraisy.
Maka dalam membicarakan kebaikan dan keburukan orang atau golongan, ada perkecualiannya. Adapun perkecualian itu secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua keadaan, yaitu:
DALAM RANGKA NASEHAT DAN PERINGATAN UMMAT Pada keadaan ini, tidak ada keharusan untuk menyebutkan kebaikan, ketika menyebutkan keburukan seseorang/golongan. Bahkan cukup menyebutkan keburukannya saja. Misalnya membicarakan Ahli bid'ah, seperti LDII, yang mengada-adakan syareat dengan mengharuskan setiap orang harus berbai'at kepada imam jama'ah LDII, jika tidak maka kafir. Dan masih banyak penyimpangan syareat lainya.
DALAM RANGKA MENJELASKAN ATAU MENGISAHKAN SESUATU Dalam keadaan ini, menyebutkan kebaikan dan keburukan orang atau golongan tertentu secara bersamaan diperbolehkan, selama tidak menimbulkan madlarat. Misalnya saja menyebutkan sifat seorang perawi hadits.Adapun mengenai perincian ghibah (membicarakan kejelekan orang lain) yang diperbolehkan, Imam Nawawi dalam kitab dan juz yang sama hal. 142-143 mengatakan: "Akan tetapi ghibah itu diperbolehkan karena enam sebab." Diantaranya dua telah disebutkan di atas.
Allah SWT telah berfirman bahwa Dia-lah yang menjaga Al-Qur'an (agama ini) sampai waktu yang dikehendaki-Nya. Allah menjaganya melalui hamba-hamba yang beriman yang teguh di dalam mengikuti jejak dan ajaran Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW telah menjamin akan adanya segolongan umat yang tetap atas kebenaran hingga hari kiyamat. Rasulullah SAW telah bersabda, "Akan ada segolongan dari umatku yang tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu."(HR. Imam Bukhari)
"Akan tetapi ada dari kalangan umatku sekelompok orang yang terus-menerus menjelaskan dan menyampaikan kebenaran, sehingga orang yang ingin menghinakan tidak akan mendatangkan mudharat bagi mereka sampai datang putusan Allah (hari kiamat)." ((HR. Imam Muslim)Ummat tersebut adalah ummat yang telah disebut di atas sebagai satu golongan yang masih mengikuti sunah-sunah Rasulullah SAW yang akan selamat yaitu Ahli Sunnah wal Jama'ah.
Kepada Saudara sekalian yang masih merasa bingung dan ragu karena telah mengikuti pengajian suatu aliran, dan kemudian diajak untuk menjadi anggota, hendaknya jangan langsung menerima sebelum meminta pendapat dari orang-orang alim yang lurus atau kepada pihak lain yang dapat dimintai pendapatnya dengan benar dan obyektif.
Lebih utama dari semua itu adalah memohon petunjuk jalan yang lurus kepada Allah SWT Yang Maha Memberi petunjuk. Tiada yang dapat menyesatkan siapa yang Allah tunjuki jalan yang lurus. Dan tiada yang dapat menunjukan jalan yang lurus, siapa yang Allah sesatkan. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan petunjuk dan semoga kita termasuk orang yang ditunjukan dan menempuh jalan yang lurus dengan taufik dan hidayah-Nya, amin.
Berikut ini adalah pengkajian tentang FIRQAH atau ALIRAN SEMPALAN yang pemahaman ilmu agamanya dapat Saudara baca dbawah ini dengan seksama!
Asal-usul Syi'ah
Syi'ah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan. Sedang dalam istilah syara', Syi'ah adalah suatu aliran yang timbul sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan yang di komandoi oleh Abdullah bin Saba' mengintrodusir ajarannya dengan terang-terangan dan menggalang masa untuk memproklamirkan bahwa kepemimpinan (baca:Imamah) sesudah Nabi saw. Sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Namun, menurut Abdullah bin Saba', Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut.
Keyakinan itu berkembang sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil suatu tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian dari mereka melarikan diri ke Madain.
Aliran Syi'ah pada abad pertama Hijriah belum merupakan aliran yang solid sebagai trand yang mempunyai berbagai macam keyakinan seperti yang berkembang pada abad ke dua Hijriah dan abad-abad berikutnya.
POKOK-P0KOK PENYIMPANGAN SYI'AH PADA PERIODE PERTAMA sbb:
Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah saw. Adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a.
Keyakinan bahwa Imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa).
Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghoib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba' dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
Keyakinan mencaci maki ara sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa' wal Firaq wal Bida' wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237).
Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syi'ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.
POKOK-POKOK PENYIMPANGAN SYI'AH SECARA UMUM :
Pada Rukun Iman :Syi'ah hanya memiliki 5 rukun Iman tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Rasul dan Qodho dan Qodar, yaitu : 1. Tauhid (Keesaan Allah), 2. Al 'Adl (Keadilan Allah), 3. Nubuwwah (Kenabian), 4. Imamah (Kepemimpinan Imam), 5. Ma'ad (Hari kebangkitan dan pembalasan). (lihat 'Aqa'idul Imamiyyah oleh Muhammad Ridho Mudhoffar dll.)
Pada Rukun Islam :
Syi'ah tidak mencantumkan Syahadatain dlm rukun Islam, yaitu : 1. Sholat, 2. Zakat, 3. Puasa, 4. Haji, 5. Wilayah (Perwalian) (lihat Al Kafie juz II hal. 18).
Syi'ah meyakini bahwa Al-Qur'an sekarang ini telah dirubah, ditambah atau dikurangi dari yg seharusnya. (lihat Al-Qur'an Surat Al _Baqarah/ 2:23). Karena itu mereka meyakini : Abu Abdillah (Imam Syi'ah) berkata : "Al-Qur'an yang dibawa oleh Jibril a.s. kepada Nabi Muhammad saw. Adalah tujuh belas ribu ayat (Al Kafi fil Ushul juz II hal 634). Al-Qur'an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat kitab Syi'ah Al Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fathul Khithob karangan Annuri Ath Thibrisy).
Syi'ah meyakini bahwa para sahabat sepeninggal Nabi saw. Mereka murtad, kecuali beberapa orang saja seperti : Al-Miqdad bin al_Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal. 245, Al-Ushul minal Kafi juz hal. 244)
Syi'ah menggunakan senjata taqiyyah yaitu berbohong, dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk mengelabuhi (Al Kafi fil Ushul juz II hal. 217)
Syi'ah percaya kepada Ar-Raj'ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasad nya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat di kala Imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
Syiah percaya kepada Al Bada' yakni tampak bagi Allah dalam hal keimanan Ismail (yang telah dinobatkan keimanannya oleh ayahnya, Ja'far As-Shidiq, tetapi kemudian meninggal di saat ayahnya masih hidup) yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka , Allah boleh khilaf, tetapi Imam mereka tetap maksum (terjaga).
Syi'ah membolehkan nikah mut'ah yaitu nikah kontrak dengan jangka weaktu tertentu (lihat Tafsir Minhajus Shodiqin juz II hal. 493). Padahal hal itu telah diharamkan oleh Rasulukllah SAW Yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri.
Nikah Mut'ah
Nikah Mut'ah adalah perkawinan antara seorang lelaki dan wanita dengan maskawin tertentu untuk jangka waktu terbata yang berakhir dengan habisnya masa tersebut, di mana suami tidakberkewajiban memberikan nafkah, dan tempat tinggal kepada istri, serta tidak menimbulkan pewarisan antara keduanya.
Ada enam perbedaan prinsip antara nikah mut'ah dan nikah sunnim (syar'I) :
Nikah mut'ah dibatasi oleh waktu, nikah sunni tidak dibatasi oleh waktu.
Nikah mut'ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam akad atau fasakh, sedangkan nikah sunni berakhir dengan talaq atau meninggal dunia.
Nikah mut'ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah sunni menimbulkan pewarisan antara keduanya.
Nikah mut'ah tidak membatasi jumlah istri, nikah sunni dibatasi dengan jumlah istri hingga maksimal empat orang.
Nikah mut'ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi,nikah sunni harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.
Nikah mut'ah tidak mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri.
Dalil-dalil haramnya nikah mut'ah :
Haramnya nikah mut'ah berlandaskan dalil-dalil hadits Nabi SAW Juga pendapat para ulama dari empat madzab.
Dalil dari hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim menyatakan bahwa dari Sabrah bin Ma'bad Al-Juhani, ia berkata, "Kami bersama Rasulullah saw. Dalam suatu perjalanan haji. Pada suatu saat kami berjalan bersama saudara sepupu kami dan bertemu dengan seorang wanita. Jiwa muda kami mengagumi wanita tersebut, sementara dia mengagumi selimut (selendang) yang dipakai oleh saudazraku itu. Kemudian wanita tadi berkata, "Ada selimut seperti selimut.' Akhirnuya aku menikahinya dan tidur bersamanya satu malam. Keesokan harinya aku pergi ke Masjid Al-Haram, dan tiba-tiba aku melihat Nabi saw. sedang berpidato diantara pintu Ka'bah dan Hijr Ismail. Beliau bersabda, 'Wahai sekalian manusia, aku pernah mengizinkan kepada kalian untuk melakukan nikah mut'ah. Maka sekarang yang memiliki istri dengan cara nikah mut'ah, haruslah ia menceraikannya, dan segala sesuatu yang telah kalian berikan kepadanya janganlah kalian ambil lagi. Karena Allah Azza wa Jalla telah mengharamkan nikah mut'ah sampai hari Qiamat. (Shahih Muslim II/1024).
Dalil hadits lainnya : Dari Ali bin Abi Thalib r.a. ia berkata kepada Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Melarang nikah mut'ah dan memakan daging keledai jinak pada waktu perang Khgaibar. (Fath Al-Bari IX/71)
Pendapat para ulama
Berdasarkan hadits-hadits tersebut diatas, para ulama berpendapat sebagai berikut :
Dari madzab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam kitabnya Al-Mabsuth (V/152) mengatakan, "Nikah mut'ah ini batil menurut madzab kami." Demikian pula Imam Ala al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam kitabnya Bada'I Al-Sana'I fi Tartib Al Syara'I (II/272) mengatakan, "Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, 'yaitu nikah mut'ah".
Dari Madzab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s/d 334 mengatakan, "Hadits-hadits yang mengharamkan nikah mut'ah mencapai peringkat mutawatir." Sementara itu Imam Malik bin Anas (wafat 179 H) mengatakan, "apabila seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil."
Dari Madzab Syafi'I, Imam Al-Syafi'I (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85) mengatakan, "Nikah mut'ah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi dengan waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan seorang laki-laki kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu bulan". Sementara itu Imam Nawawi (wafat676 H) dalam kitabnya Al-Majmu' (XVII/356) mengatakan, "Nikah mut'ah tidak diperbolehkan, karena pernikahan itu pada dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan waktu."
Dari Madzab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya Al-Mughni (X/46) mengatakan, "Nikah mut'ah ini adalah nikah yang batil." Ibnu Qudamah juga menukil pendapat Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah mut'ah adalah haram.
Dan masih banyak lagi kesesatan dan penyimpangan Syi'ah. Kami ingatkan kepada kaum muslimin agar waspada terhadap ajakan para propagandis Syi'ah yang biasanya mereka berkedok dengan nama "wajib mengikuti madzab Ahlul Bait".
Sementara pada hakekatnya Ahlul Bait berlepas diri dari mereka, itulkah manipulasi mereka. Semoga AllahSWT selalu membimbing kita ke jalan yang lurus berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Sholih.
Rujukan :
Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, Dirasat fil Ahwaa' wal firaq wal Bida' wa Mauqifus Salaf minha.
Drs. KH. Dawam Anwar dkk. Mengapa kita menolak Syi'ah.
H. Hartono Ahmad Jaiz, Di bawah bayang-bayang Soekarno-Soeharto.
Abdullah bin Said Al Junaid, Perbandingan antara Sunnah dan Syi'ah.
Dan lain-lain, kitab-kitab karangan orang Syi'ah.
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam IndonesiaLPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)

Menegakkan Islam dengan Cara Islam

Judul diatas menggambarkan upaya sungguh-sungguh untuk memahami dan mempraktekkan dengan benar penegakan syareat Islam dengan cara yang sesuai dengan Islam.

PENDAHULUAN
Meskipun kenyataan factual banyak upaya yang dilakukan ummat Islam dalam menegakan kalimat Allah itu dengan berbagai cara. Adakalanya Islami tapi parsial, ada pula yang tidak Islami tetapi berusaha melegitimasi dengan dalil-dalil syar'i dengan lebih banyak bersifat ijthadi pada saat ada dalil, sebab ijtihad dilakukan pada saat tidak ada dalil atau dalil bisa difahami lebih dari satu pengertian.
Karenanya kita dapati berbagai corak perjuangan yang dilakukan ummat Islam satu sama lain menekankan pentingnya bidang garapan yang digelutinya. Para politisi muslim umpamanya, menekankan perjuangan Islam yang paling efektif adalah melalui jalur politik. Sementara para ekonom muslim menganalisa, mana mungkin perjuangan Islam bisa berhasil kalau ummat Islam lemah ekonominya. Demikian pula para juru dakwah mengemukakakan bahwa perjuangan Islam yang paling dominan adalah ummat Islam ini kembali berpegang kepada Islam agar mereka jaya, tanpa memperinci lebih jauh apa dan bagaimana merealisasikannya…dst…dst.
Maka dari itu tema ini menjadi penting untuk dibahas dalam rangka merekonstruksi perjuangan ummat Islam dalam menegakkan dienullah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya serta perjalanan salafus Sholeh sepanjang sejarah perjuangan ummat Islam.

TUJUAN
Kita menyadari bahwa tanggung jawab yang akan dipertanyakan kelak di hari akherat adalah tanggung jawab personal. Artinya Allah tidak membebankan tanggung jawab pihak lain kepada kita, kecuali kalau kita punya andil dalam persoalan tersebut. Karenanya banyak ayat yang menekankan tanggung jawab ini,
Allah SWT telah berfirman yang artinya:"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."(Q. S. Al-Baqarah: 286)
"Tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri." (Q. S. An-Nisa: 84)
"Hai orang-orang yang beriman selamatkanlah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka."(Q. S. At-Tahrim : 6)
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
"Mulailah dengan diri kalian sendiri atau mulailah dengan keluargamu"
Sehingga dengan demikian prioritas kita adalah menyelamatkan diri sendiri dari segala kemungkinan penyimpangan terhadap misi utama kehidupan kita yaitu :
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."(Adz-Dzariyat : 56)
Apabila kita sadari hal itu, kita akan memahami arti ibadah seluas-luasnya, yaitu : "Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan kita sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhoi Allah SWT"
"Segala apa yang dicintai dan diridhoi Allah baik berupa perkataan, perbuatan yang nampak maupun yang tersembunyi." (Ibnu taimiyah, Al-'Ubudiyah hal 1)
Ini mengandung pengertian bahwa seluruh aktivitas kita harus sesuai dengan syareat Islam. Jadi fokusnya adalah kita sementara acuannya adalah syareat Islam. Karenanya tidak benar seseorang yang belum mengerti ajaran Islam dalam membangun kepribadiannya, tetapi sudah sibuk bagaimana menegakkan Islam. Tidak berarti menegakkan Islam tidak penting, tetapi prosesnya salah. Sesudah seseorang dalam sekup individu melaksanakan tanggung jawab dirinya sebagai hamba Allah, dia akan melangkah menempati posisi dimasyarakatnya sesuai dengan kapasitas masing-masing. Disinilah terjadi interaksi dan kooperasi antara anggota masyarakat muslim sesuai dengan firman Allah SWT :
"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."(Q. S. Al-Maidah: 2)
Dan tanggung jawabnya semakin luas sesuai dengan kapasitas kemampuannya, sehingga dengan posisi masing-masing itu akan dimintai pertanggung jawabannya seperti sabda nabi SAW :
"Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah penanggung jawab dan setiap kalian akan ditanyai terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Imam yang ada ditengah manusia adalah penanggung jawab dan dia akan ditanyai terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang suami bertanggung jawab terhadap keluarganya dan dia akan ditanyai tentang apa yang menjadi tanggung jawabnya. Dan seorang isteri bertanggung jawab terhadap rumah suaminya dan anaknya dan dia akan ditanya tentang mereka." (HR. Bukhori, Muslim dan selain keduanya)
Dan apabila setiap individu tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah yang berkewajiban melaksanakan syareat Islam sesuai dengan kemampuannya, berarti dia telah berkhianat :
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (Q. S. Al-Anfal : 27)
Dalam istilah fiqih bahwa tanggung jawab personal itu fardhu 'ain sedangkan tanggung jawab kolektif adalah fardhu kifayah. Adalah salah besar kalau ada orang yang mengutamakan fardhu kifayah (tanggung jawab kolektif) daripada tanggung jawab fardhu 'ain (individu). Tetapi menjadi sangat baik kalau dia mengerjakan fardhu 'ainnya juga melaksanakan fardhu kifayahnya. Kalau tidak maka seluruh ummat berdosa.

TAULADAN RASULULLAH SAW
Gambaran diatas akan lebih jelas pada personifikasi Rasulullah SAW sebagai taudalan bagi perjuangan ummat Islam. Dan mempelajari perjalanan perjuangan nabi SAW tidak boleh sepotong sepotong seperti mereka yang terperangkap dengan mengkotak-kotakan masa Makkah dan masa Madinah. Karena Islam sudah lengkap dan Nabi saw telah mempraktekkannya secara sempurna. makanya kewajiban kita adalah memahami sirah Nabi SAW itu secara komperehensif dan mempaktekkannya sesuai dengan kapasitas dan kondisi kita seperti firman Allah SWT, yang artinya:
"Maka bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian ....."(Q. S. Ath-Thaghobun : 16)
Dan Rasulullah saw memberikan arahan atas kelengkapan syareat Islam yang harus kita pedomani :
"Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan hal-hal yang wajib maka janganlah kalian meninggalkannya dan telah memberikan batasan-batasan maka janganlah kalian melanggarnya. Dia mengharamkan sesuatu maka janganlah kalian melanggarnya dan mendiamkan banyak hal sebagai rahmat bagi kalian, maka janganlah kalian mencari-cari (hukum)nya." (HR. Daruqutni, hadits Hasan)
Dan beliau menekankan pegangan yang harus di pedomani pada saat terjadi perbedaan atau perselisihan :
"Maka barang siapa yang hidup diantara kalian, niscaya akan melihat perbedaan yang banyak. Maka hendaklah kalian (mengikuti) sunnahku dan juga sunnah Khulafa Ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk dan gigitlah dengan gigi geraham dan hendaklah kalian menjauhui perkara-perkara yang diciptakan karena sesungguhnya setiap bid'ah adalah sesat. " (HR. Abu daud dan Tirmidzi , hadits Hasan)
Secara ringkas kita melihat praktek nabi SAW dalam membangun kekuatan Islam:
Nabi SAW ketika berada di Makkah beliau membuat kader yang difokuskan di rumah-rumah dan terutama di rumah Arqam bin Abi Arqom. Diantara kader yang matang ditugasi menyampaikan dakwah seperti Mushab bin 'Umair yang dikirim ke madinah.
Nabi SAW mencari tempat yang kondusif untuk mengembangkan dakwah dan kekuatan Islam. Beliau pergi ke Thoif tetapi tidak cocok. Kemudian beliau lebih memilih ke Madinah karena mendapat sambutan disana. Kemudian beliau membangunn masjid sebagai pusat kegiatan ummat Islam dan penempaan para kader. Langkah berikutnya beliau mempererat hubungan sesama muslim dengan mempersaudarakan antara Muhajirin (dari makkah) dan Anshor (dari Madinah). Beliau membuat piagam madinah untuk membentengi ummat Islam dan memberikan hak-hak non muslim.
Nabi Saw mempersiapkan kekuatan untuk menghadang segala upaya ofensif kaum kuffar sampai 27 kali belaiu berperang antara perang defensif dan ofensif (seperti perang Tabuk).Disini menjadi jelas bahwa kesatuan visi yaitu membangun akidah yang benar sampai kesatuan langkah yaitu kepada tegaknya kekuatan jihad merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. (lihat, DR. Robi' bin Hadi Al-Madkhal, Minhajul Anbiya, hal : 87)
Karena itu Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah menggunakan istilah perjuangan menegakkan Islam dengan cara Islam yaitu dengan ungkapan Jihad. Beliau membagi jihad ini menjadi 4 bagian:
Jihad menundukkan hawa nafsu meliputi 4 tahap:
Berjihad dengan mempelajari ajaran agama Islam demi kebahagiaan dunia dan akherat.
Jihad melaksanakan Ilmu yang diperolehnya itu, karena ilmu tanpa amal adalah tidak berarti dan bahkan membahayakan.
Jihad dengan berdakwah berdasarkan Ilmu yang benar dan praktek nyata.
Jihad menekan diri agar sabar terhdap cobaan dakwah berupa gangguan manusia (Empat hal inilah makna yang terkandung dalam surat Al-Ashr, yang kata Imam syafi' seandainya Allah tidak menurunkan ayat kecuali Al-'Ashr, niscaya cukup bagi manusia).
Jihad melawan syaithon meliputi dua hal:
Jihad melawan pemikiran syaithon berupa syubhat dan keragu-raguan yang dapat merusak keimanan. Perlawanannya adalah dengan keyakinan.
Jihad melawan syaithon yang membisikan agar terjerumus kepada syahwat hawa nafsu. Caranya dengan sabar dan menahan diri dengan berpuasa. (Lihat ,QS. As-Sajdah : 2)
Jihad melawan kaum kufar dan munafikin, melalui 4 tahap:
Dengan Kalbu
Dendan lisan
Dengan harta
Dengan tanganJihad melawan kaum kuffar lebih utama dengan tangan, sementara terhadap kaum munafikin dengan lisan.
Jihad melawan kedholiman, kemungkaran dan bid'ah ditempuh melalui tiga tahap :
Dengan tangan kalau mampu, kalau tidak
Dengan lisan, kalau tidak mampu
Minimal dengan hati (HR.Muslim)
Demikian 13 tingkatan jihad yang telah dilaksanakan secara sempurna oleh Rasulullah SAW . (Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Zaadul Ma'ad, Juz 3 hal 6-12)
PENUTUP
Demikian uraian kami atas topik yang diberikan kepada kami. Semoga kita menjadi jelas sebagai pejuang-pejuang Islam yang meniti jalan salafus sholeh dan tidak terjerumus kepada methode perjuangan lain yang terbukti secara faktual telah gagal berulang kali baik lewat prioritas politik, apalagi perjuangan parlementer melalui demokrasi yang telah gagal lebih lima kali didunia Islam. Atau lewat metode sufi yang sedang marak digabung ekonomi atas nama manajemen kalbu, atau semacamnya. Tetapi kita perlu menempuh semua aspek integral baik aqidah, ibadah, akhlak, ekonomi, politik dan bahkan militer.
Benar kata Umar bin Khottob dalam ungkapan spektakulernya, yang artinya:
"Kami adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, seandainya kami mencari selainnya, niscaya kami akan dihinakan oleh Allah."
Juga ucapan Imam Malik :
"Tidaklah urusan ummat ini akan menjadi baik kecuali dengan mengikuti hal-hal yang telah menjadikan ummat terdahulu menjadi baik." Wallohu A'lam. (Farid Achmad Okbah)
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Add A New Comment
Name
E-Mail (optional)
Homepage (optional)
Comments

------>
[ [Previous Artikel] ] [ Archive Index ] [ Main Index ] [ [Next Artikel] ]

HANGAT-HANGAT TAI AYAM

Semangat beribadah ummat Islam sebenarnya lumayan. Khususnya di hari pertama Ramadhan. Aku jadi tahu ternyata pak fulan agamanya Islam karena kunjungan tetanggaku tersebut ke Masjid. Selama ini aku nggak tahu agamanya beliau apa?. Persis dulu ada dosenku yang ngajar mata kuliah optik, kukira agamanya Chatolic, eeh ternyata doi bilang dia muslem, cuman nggak shalat katanya. Dia moslem tetapi lewat permenungan dan penghayatan dan lewat musik klasik. Lho !.

Makin menjelang akhir Ramadhan, masjid-masjid semakin sepi tinggal satu atau dua shaf saja. Ummat Islam kembali shalat di rumah-rumah mereka dalam kondisi yang tidak sempurna. Ada satu hal yang menurutku keliru disini. Fokus kita selama ini adalah lebarannya , bukan Ramadhannya. Dus, doi sibuk banget bikin kue dan siap-siap mudik ketimbang mikirin ibadahnya sebab puncaknya adalah lebaran.

Ada gap pemikiran dan budaya disini. Fokus RosuluLLah dulu itu di Ramadhan, khususnya di 10 malam terakhir. Puncaknya adalah lailatul Qadr, kalau dapet. Lebaran mah, biasa-biasa aja malah dulu sedih banget kalau Ramadhan berlalu. Disini Ramadhan dianggap bersakit-sakit dahulu baru kemudian Lebaran bersenang-senang kemudian dengan pesta pora ketupat, baju baru, kembang api dan mercon. Apa ini keliru ? Tidak juga sih, cuman barangkali pemikirannya yang perlu diluruskan sehingga di kesepuluh malam terakhir Masjid-masjid yang ramai bukan Mall-mall dan pertokoan.

Jadinya yang untung siapa ? Ya, para pedagang khususnya sembako, pakaian, dan lain-lain sementara banyak masyarakat kita yang maksain diri sehingga habis lebaran habis bandar juga. Rame2 pada jual emas, jual mobil dan macam2 akibat kekurangan dana. Sedangkan para pedagang, karena panen tahunan lebaran mereka liburan di Singapur menghabiskan rupiah akibat panen pembelian. Coba tengok pasti harga barang2 naik lho menjelang puasa dan lebaran, karena permintaan yang luar biasa besar.

Padahal mestinya turun dong, wong makannya jadi dua kali. Emang betul sih makan dua kali tapi ada kolaknya, ada syrupnya, hidangannya juga tambah istimewa jadinya ya bukan ngirit tapi bengkak lah yaw. Ini memang menjadi tradisi bangsa kita, suka atau tidak. Yang menjadi masalah adalah ya itu tadi, yang ngga punya duit ikut2an maksain diri. Pak Polisi jadi rajin nih bikin razzia-razzia he...he....dan biasanya angka kriminalitas makin naik menjelang lebaran. Lho! Tapi itu fakta lho....

08 Oktober 2007

UMMATAN WASATHAN

Arti Allah Menjadikan Kaum Muslim Sebagai Ummatan Wasathan (Sikap Tengah) 01/19/2002
Sejak zaman dahulu orang mengatakan bahwa keutamaan terletak di tengah dua hal yang sama-sama buruk. Lepas apakah perkataan itu hanya sekadar buah bibir atau tidak, namun yang jelas ialah bahwa kebenaran hilang karena terialu dilebih-lebihkan atau karena terlampau dikurang-kuraiigi. Manusia akan banyak menderita kesukaran karena sikapnya yang terlampau berlebih-lebihan (ekstrem) atau karena sikapnya yang terlampau meremehkan segala hal. Pada zaman kelahiran Islam, orang-orang Yahudi terkenal amat membesar-besarkan kehidupan dunia dan sangat kuat kecintaannya kepada harta kekayaan. Mereka terkenal mempunyai kebiasaan serakah lainnya, yaitu mencari kekayaan dengan jalan riba dan cara lain yang jahat. Sebaliknya, kaum Nasrani, mereka berpendapat bahwa ketakwaan kepada Tuhan terletak pada cara hidup meninggalkan soal-soal keduniaan, menjauhkan diri dan segala macam kenikmatan dan kesenangan serta meremehkan harta kekayaan, sehingga dalam Kitab Suci mereka dikatakan: Unta lebih mempunyai kemungkinan dapat masuk ke lubang jarum daripada kemungkinan orang kaya dapat memasuki kerajaan langit.
Agama Islam menolak dua macam sikap tersebut di atas. Islam memandang harta kekayaan hanya sebagai suatu sarana, tidak lebih dari itu. Rasulullah SAW telah bersabda:"Harta kekayaan itu adalah sesuatu yang manis. Kenikmatannya bagi seorang Muslim ialah jika ia memberikan sebagian dari harta kekayaannya kepada anak yatim, kaum fakir miskin dan orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan jauh. Orang yang mengambil harta kekayaan tanpa hak, sama dengan orang makan yang tak akan kenyang, dan harta yang diambilnya itu kelak akan menjadi saksi atas perbuatannya pada hari kiamat."
Kekerasan dan kekejaman merupakan dua hal yang menjadi tekanan ajaran kaum Yahudi. Mereka menganggap ketakwaan itu seolah-olah suatu hukuman yang telah ditetapkan bagi setiap dosa, dan menganggap keridhaan llahi seakan-akan tidak dapat diperoleh dengan sempurna kecuali dengan melakukan kewajiban-kewajiban yang keras dan kaku. Kemudian datanglah Nabi Isa a.s. Beliau selalu berbicara tentang hati yang lembut dan manusia lemah yang senantiasa membutuhkan ampunan Tuhan. Konon kepada Nabi Isa a.s. dihadapkan seorang perempuan yang dituduh berbuat dosa agar dihukum. Nabi Isa a.s. berkata kepada orang-orang Yahudi yang menghadapkan perempuan itu: "Barangsiapa di antara kalian merasa tidak pernah berdosa, hendaknya maju untuk merajam (perempuan itu)."
Islam datang menolak peribadatan yang disertai riya ' dan takabur. Islam mempermudah tobat bagi orang yang telah melakukan perbuatan memalukan, bahkan memerintahkan supaya ditutup dan tidak disebarluaskan. Islam menetapkan hukuman beraf bagi orang yang membangga-banggakan kejahatan dan mengganggu masyarakat serta menghasut orang banyak. Itu berarti bahwa Islam tidak membenarkan ketaatan yang terlalu dibesar-besarkan, memaafkan orang yang menyesal karena telah berbuat durhaka, dan menghendaki supaya orang mau memperbaiki diri dengan sikap rendah hati. 'Ali ibn Abi Thalib r.a. mengatakan:"Orang yang benar-benar memahami hukum agama (ahli fiqh yang terbaik) ialah yang tidak membuat orang putus asa mengharapkan rahmah Allah dan tidak membuatnya bertobat karena terpaksa!"
Memang benar bahwa Nabi Isa a.s. tidak memandang enteng dosa perzinaan. Namun, sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik dalamkitabnya, bahwa Nabi Isa a.s. pernah berkata: "Janganlah kalian mencari-cari dosa orang lain seakan-akan kalian itu tuan-tuan yang berkuasa, tetapi cariiah dosa kalian sendiri seolah-olah kalian itu budak. Manusia itu ada yang terjerumus ke dalam dosa dan ada pula yang selamat. Karena itu kasihilah orang yang terjerumus ke dalam dosa dan bersyukurlah kepada Tuhan atas keselamatan kalian."
Islam adalah agama "jalan tengah", memerintahkan umatnya supaya senantiasa hidup di jalan yang lurus, dan mengingatkan jangan sampai menyeleweng ke kanan ataupun ke kiri.
lbnu Mas'ud r.a. pernah ditanya tentang apa arti jalan yang lurus (shirath al-mustaqim). la menjawab:"Muhammad saw. meninggalkan kita di dekat jalan itu, ujungnya berada di surga, di sebelah kanannya terdapat banyak persimpangan jalan dan di sebelah kirinya pun terdapat banyak persimpangan jalan. Orang-orang yang berada di kanan-kiri jalan itu memanggil-manggil setiap orang yang lewat. Siapa yang mengambil jalan persimpangan di kanan-kiri itu akan sampai ke neraka; sedangkan orang yang tetap menempuh jalan yang lurus akan sampai ke surga."
lbnu Mas'ud kemudian membaca ayat AI-Quran:"Dan jalan-Ku (jalan Allah) itu adalah jalan yang lurus, maka ikutilah jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan yang lain, karena (jalan yang lain itu) akan mencerai-beraikan kalian dari jalan Allah."(Q. S. 6:153)
Sikap ekstrem dalam menghayati agama ada kalanya timbul dari kekeliruan berpikir atau timbul dari tabiat yang tidak lurus, dan sering membuat orang menyimpang dari kebenaran. Pada akhirnya ia akan tergelincir dari agama yang benar, karena itu Allah berfirman kepada Rasul-Nya:"Katakanlah (Muhammad): "Hai orang-orang Ahl al-Kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan dalam (menghayati) agama kalian dengan cara yang tidak benar. Dan janganlah kalian mengikuti hawa-nafsu orang-orang terdahulu yang telah sesat dan menyesatkan orang banyak. Mereka itu adalah orang-orang yang tersesat dari jalan yang lurus."(Q. S 5:77)
Ada sementara orang yang terlampau berlebih-lebihan dalam beribadah sehingga ia menyeleweng ke kanan dengan mengada-adakan berbagai macam ibadah tambahan dan dengan semangat yang dibuat-buat.
Ada pula sementara orang yang menyeleweng ke kiri dengan sikapnya yang meremehkan ibadah, akhirnya ia terjerumus ke dalam sikap ingkar dan melawan Allah.
Syaikh Muhammad 'Abdullah Diraz mengatakan sebagai benkut: "Dengan menyebut kata 'kanan' itu seolah-olah ia (lbnu Mas'ud) menunjuk segi berlebih-lebihan dalam penghayatan agama, dan dengan menyebut kata 'kiri' ia menunjuk segi penghayatan agama yang terlampau 'kurang' dan amat 'terbatas'. Dua macam penghayatan agama demikian itu merupakan penyelewengan dari jalan yang lurus dan dari 'jalan tengah' yang tidak cenderung ke kanan dan ke kiri."
"Kalau kita perhatikan berbagai macam bid'ah dan bentuk-bentuk kepercayaan sesat atau bencana syubhat sebagaimana diisyaratkan oleh hadis-hadis tentang perpecahan umat Islam menjadi 60 golongan lebih ; jika kita perhatikan berbagai bid'ah dan bentuk-bentuk pengamalan yang sesat atas dorongan hawa-nafsu sebagaimana yang diisyaratkan oleh hadis-hadis tentang terbukanya pintu kesejahteraan dunia sehingga umat Islam saling bersaing dan berebut, yang satu menindas yang lain, dst. Kita tentu akan dapat mengetahui bahwa semua itu adalah akibat dari dua macam penyelewengan tersebut di atas."
Dalam urusan harta kekayaan, Islam tidak menyukai pemborosan dan kikir. Penggunaan harta atau infak harus wajar dan masuk akal.Dalam AI-Quran AI-Karim, Allah SWT melukiskan para hamba-Nya yang berkasih-sayang secara benar, dengan firman-Nya:"(Mereka itu adalah) orang-orang yang bila mempergunakan hartanya tidak berlebih-lebihan (boros) dan tidak kikir, tetapi bersikap di antara keduanya itu (yakni sedang-sedang saja)."(Q. S. 25: 67)
Di bidang ilmu agama, saya melihat ada sementara orang yang mendalami ilmu fiqh berdasarkan nash dan ijtihad secara luas serta dalil-dalil yang mereka hafal di luar kepala, tetapi hati mereka amat "gersang" atau "tandus". Seorang di antara mereka menjabat sebagai hakim. Pada suatu hari kepadanya dihadapkan seorang perempuan yang dituduh berbuat zina. Dengan berbagai cara hakim itu berusaha keras memancing-mancing hingga perempuan itu mengakui perbuatan yang dituduhkan kepadanya. Sang hakim lalu menjatuhkan hukuman rajam karena perempuan itu telah bersuami!
Terus terang saya katakan, bahwa cara yang demikian itu adalah cara Yahudi! Sebab RasuluMah saw. sendiri dalam menghadapi kasusperkara seperti itu selalu memberi petunjuk kepada terdakwa supaya selamat dari hukuman dan meninjau kembali pengakuan yang telah dinyatakan. Beliau menginginkan agar terdakwa dapat pergi dengan aman. Lain halnya dengan hakim itu, ia berusaha keras untuk dapat membunuh atau merajam orang yang bersalah! ltu bukan cara Islam. Alasannya ialah karena pendidikan Islam tidak akan dapat memperbaiki hati orang yang bersalah. Seumpama hakim itu dapat merasakan betapa besar segi kasih-sayang dalam ajaran Islam tentu ia lebih suka menutupi kesalahan orang lain dan memaafkannya. Sebab dengan demikian kesalahan hakim itu sendiri akan ditutup dan dimaafkan Allah SWT.
Keutamaan sikap "tengah" (wasathan) tampak jelas sekali dalam pengarahan Islam di bidang sosial dan ekonomi. Dalam hubunganantara suami-istri, misalnya, Islam tidak menghendaki seorang istri menjadi "tahanan rumah" atau menjadi "buruan", sehingga dalammemandang istrinya sang suami merasa sebagai "penjaga bui" atau sebagai "pemburu"! Rumah tangga adalah tempat seorang istrimengasuh, membesarkan dan mendidik generasi baru dengan pendidikan agama, termasuk tradisi dan tata kramanya. Rumah tanggabukanlah penjara sebagaimana pengertian tradisional yang masih umum berlaku di kalangan kita. Akan tetapi rumah tangga juga bukan tempat pertermuan antara ayah-ibu dan anak-anaknya sebagaimana yang menjadi kebiasaan orang Eropa yang menganggap kekeluargaan sebagai bentuk kehidupan yang tidak mengandung arti. Wanita tidak dapat dipisahkan sama sekali dari tugas-tugas umum kemasyarakatan. la belajar, mengajar, merawat, menyuruh, melarang, mendukung dan lain lain sebagainya. la turut serta dalam angkatan perang dengan tugas-tugas khusus di bidang kepalang-merahan. Bahkan bila diperlukan, wanita pun dapat turut berperang. Untuk tugas-tugas kemasyarakatan itu wanita perlu mengetahui semua urusan bangsanya, terutama agama dan peradabannya.
Ada orang yang tidak menghendaki semuanya itu atau sebagiannya dinikmati oleh kaum wanita, sementara itu kaum wanita di Baratterlalu berlebih-lebihan menenggelamkan diri dalam urusan-urusan di luar rumah tangganya, bahkan berlawanan dengan tugas-tugas pokoknya. Sekiranya kita mengambil "jalan tengah", sebagaimana yang diajarkan Islam, tentu lebih diridhai Allah, lebih menguntungkan bangsa dan umat serta lebih baik bagi pria dan wanita.
Di bidang ekonomi, Islam mengakui hak milik individu, namun hak itu dikendalikan dengan persyaratan halal dan haram; dan dikurangi oleh hak-hak kaum lemah dan kaum yang sengsara. Dengan demikian Islam menjamin hak milik menjadi produktif karena banyak perangsangnya, antara lain, menjaga kerukunan masyarakat, sebab dengan terpeliharanya hubungan antara yang kaya dan yang miskin atas dasar rasa kasih sayang timbal-balik, tak akan ada lubang-lubang perpecahan yang tidak segera tertutup. Kecuali itu masyarakat juga dapat diselamatkan dari komunisme yang ateis dan dari kapitalisime yang kejam.
Yang terang ialah bahwa kaum Muslim memperoleh ajaran yang benar itu dari Rasulullah SAW dan mereka saling bantu dalam menerapkannya. Pada Hari Kiamat kelak, Allah akan menuntut tanggung jawab kepada mereka atas pelaksanaan hidayah yang telah disampaikan kepada mereka: Apakah mereka telah menarik manfaat dari hidayah itu dan apakah dengan hidayah itu mereka telah memberi manfaat kepada orang lain? Seluruh umat manusia kelak akan dihadapkan kepada perhitungan seperti itu pada Hari Kiamat. Mengenai hal itu Allah SWT telah berfirman:
"Maka bagaimanakah kelak apabila Kami datangkan seorang saksi (Nabi) darisetiap umat, dan engkau (hai Muhammad) Kudatangkan sebagai saksi terhadapmereka (umatmu)?" (Q. S. 4:41)
Benarlah, bahwa Muhammad Rasulullah SAW kelak akan menjadi saksi terhadap kaum Muslim, karena dari beliaulah mereka memperoleh ajaran-ajaran mulia. Karena itu beliau sendirilah yang kelak akan tampil sebagai saksi di hadapan Allah SWT. Kemudian kaum Muslim akan ditanya: Apakah mereka telah mengajar orang lain sebagaimana mereka diajar oleh Muhammad saw.? Sesungguhnya kaum Muslim itu telah memahami tentang contoh yang diberikan Nabinya dan mereka dapat memetik manfaat dari hal itu. Dan merekalah yang akhirnya menjadi saksi atas umat lainnya, karena merekalah "umat penengah" danpelanjut risalah Nabinya. Inilah makna firman Allah:
". . . Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."(Q. S. 2:143)
Sumber: Disadur dari kitab terjemahan, MI'AH SU'AL 'AN AL-ISLAM, Syaikh Muhammad Al-Ghazali

LEBARAN DAN UKHUWAH ISLAMIYAH

Perbedaan Hari Lebaran selalu terjadi dari tahun ke tahun. Para tokoh Islam dan organisasi Islam sungguh sangat egois, tidak bisakah duduk bersama disertai ukhuwah untuk membahas kemashlahatan ummat. Kenapa kita tak jua bersatu ?

Hanya memutuskan hari raya saja kok susahnya bukan main . Apalagi memutuskan yang penting-penting seperti jihad, alamaaak. Mudah-mudahan bos-bos itu dikiarunia kesadaran, mbok ya jangan egois.

Bersatulah dari hal-hal yang ringan seperti ini. Kapa ada ukhuwah islamiyah yang riil

MUDIK DAN KONTEMPLASI SOSIAL

Seperti biasa setiap tahun aku dan keluarga mudik ke kampungku Purwodadi Grobogan Jawa Tengah. Mudik bukan sekedar tradisi tetapi juga silaturahmi dengan Ibuku, mengisi libur Iedul Fitri, jalan bersama keluarga naik Bus Garuda Mas jurusan Jakarta Cepu. Secara history aku sebenarnya sudah tercerabut dari kampungku karena sejak SMP aku sudah kos di kota kecil namanya Kota Wirosari, berjarak 12 Km dari rumah Orang tua. Demikian seterusnya sampai sekarang tinggal menetap di Jakarta.

Kampung di jaman sekarang bukanlah kampung di zaman dulu yang digambarkan dengan sangat romantis dengan guyub rukun loh jinawi, penuh kekerabatan dan persaudaraan. Dengan penyebaran TVdan alat komunikasi, aku sulit sekali menemui gambaran idealita sebuah kampung dengan guyub dan rukunnya tersebut. Mungkin idealita itu masih ada di kampung di pinggir-pinggir hutan di pedalaman Jambi. Lha yang namanya materialisme juga sudah mengakar di kampungku ini bahkan sejak dulu.

Kesuksesan seseorang diukur dari jumlah assetnya bukan dari proses perjuangannya serta integritas pribadinya. Oh si anu kerjanya di pajak, daerah basah, sukses. Berpikir jalan pintas seperti ini sudah menjadi budaya yang berurat berakar. Ini yang kadang-kadang kurang membuat aku merasa nyaman sebab konsepku tentang materi bertolakbelakang dengan konsep tersebut. Manusia semestinya dihargai dari akhlaknya dong bukan mobilnya yang gemebyar walaupun mobil utangan.

Pulang kampung dalam tataran seperti ini, jadi semacam ajang pamer keberhasilan di rantau dalam mengumpulkan aset tanpa peduli pakai cara apa aset ini dikumpulkan. Namun pada sisi lain, akupun juga senang sebab menurut salah seorang shahabatku yang menjadi ustadz, da'wah di Purwodadi dan Wirosari berkembang cukup pesat. Ini surprise lho, karena daaerahku ini basis abangan bukan daerah santri seperti Bangil, mbayat Klaten dan situbondo yang lebih semburat dengan warna ijo.

Udah ya, nanti kita sambung lagi. Ini cuman latihan menulis, maklum Blog baru harus lebih banyak di isi ya. Maklum kalau awalnya nggak mutu